Tampilkan postingan dengan label PENYAKIT. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PENYAKIT. Tampilkan semua postingan
Jumat, 05 April 2013
CARA PENGENDALIAN PENYAKIT ANTRAKNOSE ATAU PATHEK PADA TANAMAN CABE MERAH
Penyakit pathek atau antraknose merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman utama pada tanaman buah-buhan pada umumnya, dan khususnya pada tanaman cabe merah. Penyebab penyakit pathek ini berasal dari golongan jamur/ cendawan yang diiderntifikasi namanya Colleto trichum spp dan Gloesporoides spp. Jamur akan berkembang dan mampu menimbulkan penyakit bila kelembaban lingkungan > 85 % dan suhu temperatur mencapai 32 derajat celcius. Kerusakan akibat penyakit pathek dalam waktu relative singkat dapat mengakibatkan buah cabe rusak sehingga dikenal pula sebagai penyakit otomatis sehingga buah cabe tidak mempunya nilai ekonomis lagi. Pada lahan yang draenasenya tidak baik dan banyak genangan air disekitarnya pertanaman cabe, maka hal ini akan sangat mendukung terhadap perkembangan penyakit ini. Gejala awal penyakit pathek pada tanaman cabe ditandai dengan adanya lekukan pada buah dengan warna yang sama dengan warna buahnya, selanjutnya lekukan tadi akan jelas terbentuk dengan warnanya berubah, ada yang berwarna kecoklatan atau hitam yang bagian atasnya ditumbuhi benang-benang halus (aservulus) hitam atau kemerah-merahan. Hal inI tergantung dari jenis jamurnya. Buah yang terinfeksi penyakit pathek ini bijinya tidak boleh dijadikan sebagai benih (seed born). Penyakit Pathek ini juga mengakibatkan matinya pucuk atau ranting tanaman yang berlanjut pada seluruh daun kering dengan warna seperti jerami. Cara pengendaliannya. • Melakukan perendaman biji dalam air panas sekitar 55 derajat celcius selama 30 menit atau perlakukan dengan fungisida sistemik yaitu golongan triazole dan pyrimidin 0,05 – 0,1 % sebelum benih ditanam atau bisa juga menggunakan agen hayai. • Penyiraman fungisida atau agen hayati yang tepat pada umur 5 hari sebelum pindah tanam • Memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi, namun perlu diperhatikan saat melakukan pemusnahan, tangan yang telah menyentuh sebaiknya diusahakan tidak menyentuh tanaman yang sehat atau buah yang sehat, dan sebaiknya dilakukan menjelang pulang, sehingga kita tidak terlalu banyak bersinggungan dengan tanaman yang masih sehat • Pergiliran tanaman dengan tanaman lain yang bukan family solaneceae atau bangsa terong-terongan atau tanaman inang lainnya, misanya tanaman pepaya, karena berdasarkan penelitian IPB pathogen pathek pada pepaya dapat menyerang cabai pada areal pertanaman cabe. • Penggunaan fungisida fenarimol, triazole, klorontalonil khususnya pada periode pematangan buah dan terutama saat curah hujan cukup tinggi. Fungisisda diberikan secara bergilir untuk satu penyemporotan dengan penyemprotan berikutnya, baik yang menggunakan fungisida sistemik maupun fungisida kontak atau bisa juga golongan keduanya. • Penggunaan mulsa hitam perak, karena dengan menggunakan mulsa ini sinar matahari dapat dipantulkan pada bagian bawah permukaan daun atau tanaman sehingga kelembaban tidak begitu tinggi. • Menggunakan jarak tanam yang lebar yaitu sekitar 65 -70 cm dan ditanam secara zig zag, hal ini bertujuan untuk mengurangi kelembaban dan sirkulasi udara cukup lancar, karena jarak antar tanaman semakin lebar, keuntungan lain buah cabe akan tumbuh lebar dan besar. • Penggunaan pupuk Nitrogen tidak boleh terlalu banyak, misal pupuk Urea, Pupuk Za ataupun pupuk daun dengan kandungan Nitrogen yang tinggi. • Penyiangan atau santisai gulma atau rumput penggangu hal ini bertujuan agar supaya kelembaban berkurang dan tanaman semakin tambah sehat. • Menaman cabe tidak boleh dekat dengan tanaman cabe yang sudah terserang lebih dahulu oleh penyakit Pathek, ataupun tanaman inang lainnya yang telah terinfeksi. • Pengelolaan draenase yang baik dimusim penghujan. Agen hayati yang seing digunakan dalam pengendalian pathek adalah Actinoplanes, Alkaligenes, Agrobacterium dan lainnya. Demikian teknik dan cara pengendalian penyakit pathek pada tanaman cabe merah semoga dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.(mnr)
Kamis, 04 April 2013
TEKNIK PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI (HDB) PADA TANAMAN PADI
Penyakit hawar daun bakteri (HDB) merupakan salah satu penyakit yang banyak tersebar diberbagai ekosistem padi dinegara-negara penghasil padi, termasuk di Indonesia penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv oryzae (Xoo). Pathogen ini dapat menginfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman dari mulai pesemaian sampai menjelang panen. Penyebab penyakit (pathogen) menginfeksi tanaman padi pada bagian daun melalui luka daun atau lubang alami berupa stomata dan merusak klorofil daun. Hal ini menyebabkan menurunnya kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis Gejala penyakit a. Bila serangan terjadi pada awal pertumbuhan tanaman menjadi layu dan mati, gejala ini disebut kresek. Pada tanaman dewasa menimbulkan gejala hawar (bligt). Gejala dimulai dari tepi daun, berwarna keabu-abuan dan lama kelamaan daun menajdi kering. b. Bila serangan terjadi saat berbunga proses pengisian gabah menjadi tidak sempurna dan menyebankan gabah tidak terisi penuh atau bahkan hampa. pada kondisi seperti ini kehilangan hasil dapat mencapai 50-70 %. Penyakit hawar daun bakteri sering timbul terutama pada saat musim hujan. Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit. Pertanaman yang dipupuk Nitrogen dengan dosis tinggi tanpa diimbangi dengan pupuk Kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap penyakit hawar daun bakteri. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh adalah kelembaban yang tinggi sangat memacu perkembangan penyakit ini. Oleh karena itu untuk menekan perkembangan penyakit hawar daun bakteri disarankan tidak memupuk tanaman dengan Nitroigen secara berlebihan, dan gunakan pupuk Kalium dan tidak menggenangi tanaman secara terus menerus, sebaiknya pengairan dilakukan secara berselang (intermiten) Pengendalian Penyakit 1. Teknik Budidaya. Untuk menekan perkembangan penyakit hawar daun bakteri disarankan dengan pengendalian secara terpadu yang mencakup, cara budidaya dengan perlakukan bibit secara baik, jarak tanam tidak terlalu rapat, pengairan secara berselang (intermiten) . Pemupukan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan varietas tahan. Bakteri penyebab penyakit hawar daun, bakteeri menginfeksi tanaman melalui luka dan lubang alami. Oleh karena itu memotong bibit sebelum ditanam sangat tidak dianjurkan, karena akan memeprmudah terjadinya infeksi oleh bakteri pathogen 2. Vareitas tahan . Pengendalian penyakit hawar daun bakteri yang selama ini diangggap paling efektif adalah dengan varietas tahan. Namun teknologi ini diahambat oleh adanya kemampuan bakteri pathogen membentuk patotipe (Strain) baru yang lebih virulen yang menyebabkan ketahanan varietas tidak mampu bertahan lama. Adanya kemampuan pathogen bakteri Xoo membentuk patotipe baru yang lebih virulen juga menyebabkan pergeseran dominasi patotipe patogen ini terjadi dari waktu ke waktu. Hal ini menyebabkan varietas tahan disuatu saat, tetapi rentan disaat yang lain. Dan tahan disuatu wilayah tetapi rentan di wilayah lain. Peta penyebaran patotipe dapat digunakan sebagai dasar penentuan penanaman suatu varietas disuatu wilayah berdasarkan kesesuaian sifat tahan varietas terhadap pathogen yang ada diwilayah tersebut. Mengingat tahan terhadap strain tertentu bisa jadi tidak tahan (rentan ) terhadap strain yang lain. Demikian teknik dan cara pengendalian penyakit hawar daun bakteri secara sederhana semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya. (mnr)
Minggu, 17 Maret 2013
TEKNIK PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN PADA TANAMAN BAWANG MERAH
Bawang merah ( Alllium ascalonicum L) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat baik untuk konsumsi segar maupun konsumsi olahan sehingga luas pertanamannya semakin bertambah keseluruh wilayah nusantara bahkan sampai ke manca Negara. Dalam rangka peningkatan produksi bawang merah berbagai kendala dihadapi, salah satunya adalah gangguan oleh organisme penggangggu tanaman atau OPT, baik yang berupa serangga hama maupun jamur, bakteri dan nematoda. Organisme pengganggu tanaman utama yang sering menyerang tanaman bawang merah adalah ulat bawang (Spodfoptera exigua), Hama Trip (Trip sp). Layu fusarium, antraknose, trotol (bercak ungu alternaria) a. Hama ulat bawang (spodoptera spp) Gejala serangan ditandai dengan bercak putih transparan pada daun. Ulat berada didalam daun bawang merah. Cara pengendaliannya; • Pengumpulan telur dan ulat lalu dimusnahkan • Pemasangan perangkap kupu untuk kupu /ngengat dengan feromonoid seks ulat bawang atau dengan lampu perangkap sebanyak 40 buah per hektar • Penggunaan agensi hayati seperti Jamur Beauferia, Nemathoda steinernema sp • Apabila intensitas kerusakan daun lebih besar atau sama dengan 5 % per rumpun atau telah ditemukan 1 paket telur per 10 tanaman, maka perlu dilakukan penyemprotan dengan insektisida efektif misalnya Hostathion 40 EC, Cascade 50 EC, Atabron 50 EC atau Florbac. b. Hama Trip (Trips sp) Gejala serangan ditandai dengan adanya bercak putih ber alur pada daun Cara pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida efektif, misalnya Mesurol 50 WP atau Pegasus 500 EC c. Penyakit layu Fusarium (moler) ditandai dengan daun bawang merah menguning, daun terpelintir dan pangkal batang membusuk. Jika ditemukan gejala demikian tanaman harus dicabut dan dimusnahkan. d. Penyakit otomatis atau antraknose Gejala serangan, bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan pada bercak tersebut yang menyebabkan daun patah atau terkulai. Untuk mengatasinya semprot dengan fusingisida Daconil 70 WP atau Antracol 70 WP e. Penyakit Trotol (Bercak ungu alternaria). Gejala serangan ditandai dengan bercak putih pada daun dengan titik pusat berwarna ungu. Gunakan fungisida efektif antara lain Antracol 70 Wp, Daconil 70 WP dan lainnya. Dalam mencegah atau memberikan perlindungan tanaman bawang merah sebelum ditanam sebaiknya lahan disemprot dengan jamur/bakteri antagonis( Glioc ladium, Trichodrma, Psudomonas flaurescens). Untuk menekan perkembangan pathogen seperti fusarium, Phytium dan lainnya Demikian teknik pengendalian organisme pengganggu tumbuhan pada tanaman bawang merah semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya. (mnr)
Sabtu, 16 Maret 2013
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA WERENG COKLAT PADA TANAMAN PADI
Wereng batang coklat atau WBC adalah merupakan salah satu OPT penting tanaman padi yang serangannya sering kali mengakibatkan gagal panen atau puso dalam areal yang luas. Hal tersebut didukung oleh sifat hama wereng batang coklat yaitu cepat beradaptasi dan berkembang biak, jangkauan menyebar yang jauh mencapai 250 km dari tempat semula. Dalam penanganan WBC pada umunya masih sangat bertumpu pada penggunaan pstisida kimia sintetik yang mana effektifitas jangka panjangnya kurang berhasil, mengingat adanya dampak WBC menjadi kebal atau resisten, resurjensi sehingga permasalahan penanganan WBC semakin rumit. Memahami hal tersebut untuk mengurangi ketergantungan pada penggunaan pestisida yang serampangan, maka pemerintah mengeluarkan inpres 3 tahun 1986 dan disempurnakan dengan UU no 12 tahun 1992. Bahwa pestisida bukanlah satu-satunya teknik pengendalian, dan apabila digunakan harus dilakukan secara bijaksana. Cara pengendalian WBC Pemantauan secara dini dan pengawalan oleh petugas dan pihak terkait Penyampaian informasi keadaan hama penyakit dan rekomendasi pengendalian secara cepat dan tepat. Peningkatan koordinasi dengan pihak terkait. Penataan pola tanam melalui tanam serentak, rotasi tanam non padi, diberokkan secukupnya untuk memutus siklus hidup WBC Penggunaan agensia hayati (pathogen serangga hama) pada hamparan berpotensi terserang dan populasi WBC masih rendah atau daerah terancam. Penggunaan pestisida secara bijaksana Eradikasi atau pemusnahan pada daerah sumber infeksi. Strategi pengendaliannya. • Tanam serentak. Tanaman serentak atau bersama sama merupakan salah satu syarat pengendalian WBC diareal lahan pertanaman padi, karena WBC merupakan makroptera atau sedrangga bersayap panjang dapat berimigrasi yang tidak dibatasi oleh sungai atau lautan. • Laight Traps atau perangkap lampu Merupakan langkah untuk memonitoring saat penerbangan wereng coklat dipesemaian atau di pertanaman baik makroptera jantan atau betina. Alat ini penting untuk mengetahui kedatangan wereng coklat imigrasi dan dapat untuk memerangkap dalam jumlah yang besar. Melakukan sweeping net, langkah ni untuk mengetahui keadaan WBC di pesemauian, baik nimfa atau imago sebagai langkah pengendalian sebelum ditanam di lahan pertanaman secara luas. Strategi tabur benih pada pesemaian setelah 15 hari puncak migrasi, maka pesemaian hendaknya dilakukan dengan tabur benih setelah puncah imigrasi yang ke dua atau berikutnya. Pengendalain wereng coklat pada generasi 1 ( G1) untuk mengetahui populasi generasi 1 perlu pencatatan waktu migrasi pada genarasi awal (G 0). Karena siklus hidup wereng coklat antara 25-30 hari, maka sudah barang tentu dapat diketahui keberadaan imago di lahan pertanaman. Dengan teknik ini berarti mengendalikan Makroptera G0 dan G1 nimfa. Pengendalian ini harus selesai di G1 atau di G2 pada saat pengendalian G3 sulit untuk berhasil. Pengamatan dan Monitoring Pengamatan atau monitoring 1-2 minggu sekali merupakan langkah mengetaui perkembangan WBC atau musush alami. Penggunaan pestisida secara bijaksana Penggunaan pestisida perlu memperhatikan beberapa factor diantaranya, sebelum saat aplikasi keringkan dulu pertanaman padi. Saat aplikasi insektisida dilakukan pada sat tidak ada empun di areal pertanaman atau dilakukan pukul 8-11, dan dilanjutkan pada sore hari, gunakan pestisida yang terrdaftar yang berbahan aktif imidakkloprid, fipronil, theametoxan, buprofezin dan insektisida butiran. Dengan tepat dosis, tepat cara dan tepat jenisnya. Bilamana penggunaan insektisida kurang mampu menanggulang, maka perlu doble cover yaitu dengan pemakaian granuler melalui akar dan ditambah pula pemakaian agen hayati Pengendalianpenyakit Virus Wereng batang coklat disamping sebagai hama dapat menularkan virus pada tanaman padi yaitu kerdil hampa dan kerdil rumput, dan ternyata penyakit ini belum ada pestisidanyya untuk mengendalikannya. Pengendalian yang dapat dilaksanakan adalah dengan cara eradikasi seawal mungkin gejala yang ditemukan dilapangan dan meminimalkan populasi WBC, bila telah dijumpai gejala serangan virus dengan menggunakan pestisida. Demikian Teknik dan cara Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat pada tanaman padi, semoga dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya. (mnr)
Jumat, 15 Maret 2013
TEKNIK PENANGGULANGAN HAMA PENGGEREK BATANG PADI.
Penggerek batang padi adalah salah satu OPT penting tanaman padi dan akibat serangnya mampu mengakibatkan kegagalan atau puso. Gejala kerusakan; ULat penggerek masuk dalam batang tanaman dan makan sehingga mengakibatkan aliran makan dari akar kedaun terputus dan daun yang belum terbuka kelihatan kering, gejala demikian disebut sundep, sedangkan bila serangan terjadi saat tanaman fase primordial maka malai tidak membentuk bulir gabah yang umumnya disebut sebagai beluk Gerjala kerusakan yang terlihat lebih kecil dari kerusakan riil yang telah terjadi. Hasil identifikasiu di lapangan kerusakan sundep atau beluk didominasi oleh penggerek batang padi kuning dan penggerek batang padi putih, kedua jenis penggerek tersebut mempunyai sifat soliter artinya setiap batang padi diserang oleh satu ulat atau larva sehingga kerusakan cepat meluas. Beda kedua jenis penggerek batang tersebut terletak pada sifat ulatnya, ulat penggerek batang padi kuning tidak mempunyai kemampuan berdiapause (ulat yang tidak aktif) tetapi ulat penggerek batang padi putih berdiapause sebelum berubah menjadi pupa. Perkembangan dan sifat penggerek batang padi Kuning • Ngengat atau imago tertarik oleh cahaya, setiap betina dewasa mampu bertelur sebanyak 300-500 butir. Telur diletakkan secara berkelompok dan tiap kelompok berisi 15-25 butir, telur ditutupi dengan bulu-bulu halus yang tersususn seperti genting. Umur telur berkisar 6-8 hari . • Ulat atau larva kecil hidup berkelompok dan selanjutnya menyebar dengan benang-benang halus dan bantuan angin. Periode larva berada dalam batang padi dan akan pindah kebatang lainnya apabila dirasa makanan sudah habis. • Menjelang pupa, ulat menuju pangkal batang padi dan menjadi pupa yang berlangsung 7-10 hari • Imago atau ngengat akan muncul bila sudah mulai ada hujan. Jenis penggerek batang padi tersebut antara lain. Penggerek batang padi kuning Scirpophaga incertulas, penggerek batang padi putih Scirpophaga innotata penggerek batang bergaris Chilo supressales penggerek batang padi hitam Chilo polychrysus Meyrick penggerek batang padi berkilat Chilo auricilius dudgeon penggerek batang padi merah jambu Sesamia inferens Gejala serangan. Gejala tanaman padi terserang pengggerek batang pada stadia vegetative disebut sundep dan pada stadia generative disebut beluk. Cara pengendalian. 1. Pengendalian pola tanam. • Dilakukan penanaman serentak, sehingga tersedianya sumber makanan bagi penggerek batang padi dapat dibatasi • Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi sehingga dapat memutus siklus hidup hama tersebut. • Pengelompokan pesemaian dimaksudkan untuk memudahkan agar supaya pengumpulan telur penggerek secara massal. • Pengaturan waktu tanam yaitu pada awal musim hujan dengan tanaman varietas genjah, dan pada pertenganahan musim hujan dengan tanaman vareietas dalam yang berumur lebih dari 120 hari. 2. Pengendalian secara fisik atau mekanik. • Cara fisik yaitu dengan penyabitan tanaman serendah mungkin sampai permukaan tanah pada saat panen. Usaha itu dapat pula diikuti penggenangan air setingi 10 cm agar jerami atau pangkal jerami cepat membususk, sehingga larva atau pupa bisa mati • Cara mekanik dapat dilakukan dengan mengumpulkan kelompok telur penggerek batang padi di pesemaian dan di pertanaman 3. Pengendalian Hayati • Pemanfaatan musuh alami, baik parasitoid, predator maupun pathogen • Konservasi musush alami dengan cara menghindari aplikasi insektisida secara seprotan. 4. Pengendalian secara kimiawi • Apabila diperlukan sebagai alternative pada fase vegetative penggunaan insektisida dapat dilakukan pada saat ditemukan kelompok telur rata-rata lebih dari satu kelompok telur/ 3m2, atau intensitas serangan rata-rata lebih besar dari 5 %. Bila tingkat parasitisasi kelompok telur pada fase awal vegetative lebih besar dari 50 % maka tidak perlu aplikasi insektisida. • Penggunaan insektisida butiran dipesemaian dengan doisiss 5 kg/500 m2 bila dijumpai kelompok telur. • Penggunaan seks feromon o Dipakai untuk memantau fluktuasi populasi penggerek batang berdasarkan ngengat yang tertangkap. o Dapat dipakai untuk menentukan waktu apalikasi insektisida bila tangkapan foromon sebanyak 100 ekor/ minggu o Dapat dipakai untuk mengendaliukan penggerek batang padi putih, yaitu dengan cara mass trapping atau pengkapan massal dengan menggunakan 10-16 perangkap perhektar. Demikian Teknik dan cara menanggulangi hama penggerek batang padi semoga dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya. (mnr)
Kamis, 14 Maret 2013
FAKTOR - FAKTOR YANG DAPAT MENYEBABKAN TIMBULNYA PENYAKIT PADA TANAMAN
Penyakit pada tanaman adalah disebabkan oleh adanya gangguan organisme yang bersifat parasit , seperti cendawan, bakteri, virus dan tanaman tingkat tinggi. Adapun penyakit itu dapat menular melalui air, angin, pelukaan oleh alat pertanian dan lain-lain. Timbulnya suatu penyakit pada jenis tanaman disebabkan oleh adanya interaksi antara tumbuhan yang terserang pathogen, dan ini dipengaruhi oleh beberapa factor. Dan kondisi setiap factor akan menentukan tingkat kerusakan tanaman pada musim tertentu. Penyakit sporadic merupakan penyakit epifipotik yang tidak selalu terjadi setiap musim dan dengan interval yang tidak teratur. Adapuin penyakit endemic menggambarkan suatu penyakit yang terbatas pada wilayah geografis tertentu, atau penyakit yang selalu terdapat di daerah tertentu dengan menimbulkan kerusakan ringan sampai berat. Adapun factor-faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan dan penyebaran penyakit antara lain sebagai berikut: 1. Faktor Iklim. Unsur iklim yang berpengaruh besar terhadap perkembangan penyebaran penyakit adalah sebagai berikut; Suhu. Untuk berkembang dengan pesat, setiap pathogen menghendaki suhu tertentu, bila suhu lebih tinggi atau elbih rendah dari pada kisaran suhu tersebut, perkembangan dan peenyebaran pathogen akan terhambat, bahkan patogern akan amati. Kelembaban. Hampir sebagian besar penyebab penyakit tanaman terutama golongan cendawan akan berkembang dengan pesat pada kelambaban tinggi, misalnya phitopthora palmifora. Phitopthora infestan dan Fusarium oxyforum Pada suhu, kelembaban, dan tanaman inang yang cocok, spora akan segera tumbuh mementuk miselium. Cahaya. Faktor cahaya yang paling utama adalah sinar matahari memiliki hubungan erat dengan suhu dan kelembaban. Akibat cahaya matahari terik, suhu lingkungan tempat tanaman tumbuh akan naik. Bila pada lingkungan tersebut terdapat banyak air, maka akan terjadi penguapan sehingga lingkungan menjadi lembab. Kondisi seperti ini amat disenangi oleh pathogen untuk melakukan aktivitas hidupnya, termasuk berkembang biak. Angin. Angin besar pengaruhnya terhadap penyebaran pathogen. Tubuh pathogen amat ringan sehingga bila ada angin sedikit saja akan mudah lepas dan terbawa terbang. Semakin angin kencang bertiup, penyebaran pathogen akan semakin jauh dan dalam waktu relative singkat penyakit akan cepat meluas. Curah hujan. Curah hujan tinggi amat membantu perkembangan cendawan dan bakteri. Air hujan yang jatuh kepermukaan tanaman ada yang meresap kedalam jaringan melalaui lubang alami Stomata dan lentisel. Pada saat yang bersamaan, pathogen bisa turut masuk, kemuadian berkembang biak didalam tubuh tanaman dan akhirnya menimbulkan gejala penyakit. Tumbukkan air hujan kepermukaan tanah akan menimbulkan cipartan. Cipratan pathogen yang ada pada tanah ikut terlempa , lalu menempel pada bagian yang lunak. terutama tanaman muda atau tanaman semusim kemudian memparasit tanaman tersebut. 2. Tanah. Sifat tanah dapat memperngaruhi perkembangan dan penyebaran penyakit tanaman misalnya. pH tanah Tanah yang mempunyai pH rendah disukai oleh sebagaian besar cendawan. Pada tanah masam, cendawan berkembang pesat dan banyak menimbulkan kerugian. Struktur Tanah. Pada struktur tanah pejal, akar tanaman menjadi lemah karena aerasi dan draenasenya jelak serta tanah memadat. Misalnya Phyitopthora infestan amat menyukai kondisi tanah seprti inI, mudah menginfeksi dan memparasit tanaman. Kelembaban tanah Tanah yang lembab dapat mempermudah pathogen menginveksi bagian tanaman di dalam tanah, Misalnya Phytopthora palmifora menyenangi tanah yang mengandung bahan organic tinggi dan draenase jelek. Demikian pula Fusarium oxysporum menyenangi tanah berdraenase jelek. 3. Tanaman inang. Berbagai jenis tumbuhan di alam merupakan tanaman inang bagi pathogen tertentu. Ada pathogen yang hanya memiliki beberaspa tanaman inang, ada pula pathogen yang menyukai banyak tanaman. Semakin banyak tanaman yang bisa dijadikan inang, semakin leluasa pathogen bertahan, menyebar dan berkembang biak. Dari sifatnya ada tanaman yang tahan terhadap gangguan pathogen, ada pula yang peka atau rentan. Pada umumnya tanaman yang rentan perkembangan penyakit akan lebih pesat. 4. Faktor Mekanis Faktor mekanis yang berpengaruhi terhadap perkembangan dan penyebaran penyakit tanaman adalah : a. Teknik bercocock tanam. Teknik bercocok tanam yang baik akan mampu menghambat perkembangan penyakit tanaman. Pengolahan tanah dan pembuatan parit yang baik dan teratur akan menyebabkan struktur, aerase dan draenase tanah manjadi baik.sehingga tidak disenangi oleh pathogen. b. Sanitasi. Tumbuhan pengganggu dan bagian tanaman yang ada pada lahan usaha tani bisa dijadikan inang dan media berkembang biak penyakit, dengan sanitasi yang baik berarti tidak memberi kesempatan kepada pathogen untuk memanfaatkan lingkungan tersebut. c. Irigasi. Pembuatan saluran irigasi yang kurang baik. Pemberian air yang tidak teratur akan menimbulkan genangan air dan kelembaban lingkungan yang tinggi, Kondisi seperti ini amat disukai oleh banyak pathogen, selain itu irigasi yang telah tercemar pathogen akan menjadi penyebab meluasnya serangan penyakit tanaman. MEDIUM PENYEBARAN PENYAKIT TANAMN. Umumnya pathogen menetap pada tumbuhan inang yang diserapnya, kemudian dapat berpindah atau menyebar ketanaman atau tempat lain dengan bantuan medium penyebaran. Mediaum penyebaran yang dapat dimanfaatkan pathogen antara lain. 1. Air. Spora cendawan atau koloni bakteri berukuran amat kecil sehingga bila jatuh atau tersapu oleh aliran air akan mudah hanyut terbawa ketempat lain. Proses penyebaran ini akan lebih cepat bila air yang tercemar pathogen tersebut digunakan untuk mengairi tanaman inangnya. 2. Angin. Tiupan angin mempengaruhi cepat atau lambatnya penyebaran penyakit. Tubuh pathogen umumnya amat kecil dan ringan, sehingga mudah tertiup angin. Kemudian menyebar ketempat lain. 3. Serangga. Virus tumbuhan umunyaa tidak keluar dari tubuh tanaman inang. Penyebaran varus dari satu tanaman ke tanaman lain dibantu melalui perantara serangga atau binatang lain (vector) yang menginfeksi atau memakan tanaman sakit. Disamping itu vector dapat menyebarkan cendawan dan bakteri dari tanaman sakit ketanaman lain. 4. Manusia. Dalam kegiatan pertanian manusia selalu berperan sebagai pengelaola tanaman budidaya, termasuk melakukan pemeliharaan tanaman, seperti menyiram, menyiang, memangkas. Pada saat melakukan pemeliharaan tanaman, pathogen dapat menempel pada tubuh, pakaian, atau alat-alat pertanian. Oleh karena itu manusia dalam kegiatan pertanian dapat berperan sebagai medium penyebaran penyakit tanaman. Demikian beberapa faktor yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit pada tanaman, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang membutuhkanya, sehingga dalam teknik budidaya tanamnnya dapat berhasil dengan baik. (mnr)
Kamis, 07 Maret 2013
MANFAAT PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADA PADI SAWAH
Permasalahan ; • Petani belum tahu secara jelas tentang maksud dan tujuan dari Program Pengelolaan Tanaman Terpadu pada tanaman padi sawah • Menyangkut apa saja Program Pengelolaan Tanaman Terpadu padi sawah yang dilaksanakan oleh kelompok tani • Apa manfaat dari Program Pengelolaan Tanaman Terpadu padi sawah dan bagaimana cara pelaksanaan dan pengelolaannya. 1. Pemecahan Masalah. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan program pemerintah guna meningkatkan produksi padi secara nasional melalui suatu paket teknologi yang sesuai dan dipilih sendiri oleh petani disertai pendekatan dalam pemecahan masalah dengan bantuan penyuluh pertanian. Pengelolaan tanaman terpadu merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil padi dan efisiensi input produksi dengan memperhatikan penggunaan sumberdaya alam secara bijak. Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) didasarkan pada empat Prinsip Yaitu: 1. PTT bukan merupakan teknologi maupun paket teknologi, tetapi merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, lahan dan air dapat dikelola sebaik-baiknya 2. PTT memanfaatkan teknologi pertnaian yang sudah dikembangkan dan diterapkan dengan memperhatikan unsur keterkaitan sinergis antar teknologi 3. PTT memeperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisisk maupun sosial ekonomi petani 4. PTT bersifat partisipatif yang berarti petani turut serta menguji dan memilih teknologi yang sesuai dengan keadaan setempat dan kemapuan petani melalui proses pembelajaran. Tujuan dari penerapan PTT adalah untuk meningkatkan pendapatan petani melalui penerapan yang cocok untuk kondisi setempat yang dapat meningkatkan hasil gabah dan mutu beras serta menjaga kelestarian lingkungan. Adapun dalam penerapan PTT pertama tidak lagi dikenal rekomendasi untuk diterapkan secara nasional, yang kedua Petani secara bertahap dapat memilih komponen teknologi yang paling sesuai dengan keadaan setempat dan kemampuan petani, yang ketiga Efisiensi biaya produksi lebih diutamakan dan yang ke empat bahwa suatu teknologi saling menunjang dengan teknologi yang lain. Demikian penjelasan tentang Progran Pengeloaan tanaman Terpadu yang merupakan program pemerintah untuk peningkatan produksi beras secara nasional, semoga dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.(mnr)
Jumat, 22 Februari 2013
TEKNIK PENANGANAN PENYAKIT TETELO PADA TERNAK AYAM BURAS
Penyakit Tetelo ( New Castel desease) Penyakit tetelo atau new castel desease pertama kali muncul pada tahun 1926 di Negara Inggris. Sampai sekarang sudah tersebar luas dibelahan dunia lain. Penyakit ini sangat ganas dan menular. Peternak ayam sering menyebut penyakit sampar atau pest. Penyakit ini menyerang ayam semua umur, selain menghambat produksi jelas mematikan. Sampai saat ini belum ada obat yang manjur. Ini akibat virus. Seprerti halnya manusia yang terkena virus influenza. Pemberian obat tidak menghilangkan virus, akan tetapi hanya mengurangi gejala. Tindakan pengendalian atau pencegahan terhadap penyakit ini sangat dianjurkan. Gejala: Pada ayam kelihatan lesu, kurang bergairah, nafsu makan berkurang, jengger ayam dan pial kebiruan. Sayap terkulai, keluar cairan dari hidung hingga susah bernafas, ngorok dan batuk. Kotoran cair kehijauan dan kekuningan. Jika banyak yang terkena ayam akan bergerombol mencari tempat yang hangat. Setelah 1-2 hari kemudian muncul gejala syaraf, seperti kaki lumpuh, jalan seret dan leher terpuntir akibatnya ayam jalannya berputar putar. Penyebab. 1. Virus Paramxyo 2. Pergantian musim seperti masim hujan ke musim kemarau atau pancaroba. 3. Kontak langsung dengan ayam yang sakit melalui udara atau binatang lain. Cara Penanggulangan. 1. Vaksinasi secara teratur sesuai petunjuk, pemberian dilakukan dengan vaksin aktif umur 4 hari, 18 hari, 8 minggu. Dengan vaksin ND in-aktif secara intra mascular, ulangi 6 bulan kemuadian. Anak ayam umur kurang dari 1 bulan diberikan dengan cara tetes, pada ayam dewasa secara intra mascular. 2. Ayam yang benar-benar sakit harus dimusnahkan. -Aktif: Vaksin mengandung bibit penyakit hidup, tetapi sifatnya tidak ganas bagi ayam, masa kekebalan 2,5 bulan. -In aktif : Vaksin yang mengandung virus yang sudah dimatikan oleh obat kimia tertentu, masa kekebalan 2 bulan. Demikian cara mengatasi serangan penyakit tetelo pada ternak ayam buras, semoga dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.(mnr)
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA TERPADU KUMBANG NYIUR
Kumbang nyiur atau wangwung adalah merupakan hama yang ada sepanjang tahun, gejala serangannya adala bahwa Bekas serangan hama kumbang nyiur pada tanaman kelapa dapat dilihat dari adanya daun-daun yang terpotong-potong berbentuk segitiga atau berbentuk kipas. Bagian yang terserang adalah pucuk pohon atau pangkal daun muda, yaitu bagian tanaman yang banyak mengandung zat atau cairan bergizi dan apabila tanaman kelapa terserang pada titik tumbuhnya tanaman bias mengalami kematian. Selama hidupnya kumbang nyiur mengalami empat fase yaitu : - Telur kurang lebih 12 hari - Larva 8-16 minggu - Pupa atau kepompong 2-4 minggu - Imago atau dewasa 6-10 minggu. Umumnya setelah berumur 28 hari, kumbang nyiur baru bisa terbang untuk mencari makanan, sehingga siklus hidup kumbang nyiur dari telur hingga dewasa memerlukan waktu selama 4-6 bulan. Cara Pengendalian Hama terpadu Hama wangwung. Pengendalian hama terpadu tanaman kelapa adalah upaya pengendalian yang dilaksanakan dengan mengutamakan prinsip-prinsip yang berwawasan lingkungan, sehingga diperoleh kesimbangan antara hama dan musuh alami. Dengan cara ini kelestarian lingkungan baik biotik maupun abiotik dapat terpelihara dengan baik dan produksi kelapa pun diharapkan dapat meningkat. Kegiatan Utama Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kelapa. Pelaksanaan pengendalian Hama Terpadu tanaman kelapa adalah merupakan kombinasi dari pengendalian hama yang sudah berjalan selama ini, hanya penekanannya yaitu bahwa pengendalian hama terpadu harus menyangkut beberapa aspek antara lain : 1. Berwawasan lingkungan 2. Menjaga keseimbangan antara hama dan musuh alami. 3. Penggunaan pestisida merupakan alteranif terakhir. Jadi pelaksanaan pengendalian hama terpadu pada prinsipnya mengutamakan pencegahan dan pengamatan dini sebelum terjadi adanya serangan hama. Kegiatan Utama Pengendalian hama terpadu. 1. Membersihkan Mahkota daun. Membersihkan mahkota daun merupakan kegiatan pokok, pada kegiatan ini seluruh kotoran yang berupa sisa seludang, bekas guguran bunga maupun ijuk yang ada harus dibersihkan, sehingga mahkota daun menjadi bersih yang dapat mencegah antara lain : > Bebas hama tupai, tikus atau hama lainnya. > Bebas dari penyakit rontok buah dan penyakit busuk pucuk, karena kelembaban mahkota daun dapat terkendali. 2. Sanitasi Lingkungan. Rumput-rumput yang tumbuh disekitar pohon atau kebun harus dibersihkan, begitu pula sissa-sisa penggilingan tebu, tumpukan jerami, tumpukan pupuk kandang harus juga dibersihkan, Karena tempat inilah yang banyak digunakan sebagai sarang bagi kumbang nyiur untuk meletakkan telurnya dan berkembang biak disana hingga dewasa. 3. Pengendalian secara Hayati atau Biologis. Pengendalian secara hayati atau biologis yaitu pengendalian hama dengan menggunakan mahluk hidup, baik berupa predator maupun parasit. Contoh pengendalian dengan predator misalnya dengan menggunakan burung hantu yang dapat memakan hama tikus maupun tupai yang sering merusak tanaman kelapa. 4. Pemeliharaan tanaman Hal ini untuk mendapatkan tanaman yang sehat dan kuat, yaitu dengan perawatan secara rutin dan intensif, diadakan pemupukan berimbang serta harus memperhatikan prinsip lima tepat dalam pemupukan yaitu; Tepat jenis, Tepat Dosis, Tepat waktu, Tepat cara dan tepat tempat. 5. Pengendalian secara kimiawi Pengendalian secara kimiawi adalah merupakan alternative terakhir atau pamungkas hal ini dilakukan apabila pengendalian dengan cara lain sudah diupayakan, akan tetapi belum berhasil, maka pengendalian secara kimiawi inilah baru diterapkan, inipun harus dilakukan dengan penuh pertimbangan. Adapun dalam pengendalian secara kimiawi jenis pestisida yang dipergunakan ada tiga jenis yaitu ; a. Pestisida berbentuk Cairan ( EC ) b. Pestisida yang berbentuk butiran ( G ) c. Pestisida Berbentuk Puder ( SP ) Contoh pengendalian hama tanaman kelapa dengan pestisida untuk hama yang sifatnya ekplosif misalnya hama Artona Xatoksanta yaitu dengan jalan menyuntikkan pestisida sistemik kedalam batang tanaman kelapa dengan konsentrasi 100 %. caranya batang pohon kelapa dibor terlebih dahulu sedalam 10-15 cm dengan kemiringan tertentudan kemudian masukkan larutan insektisida tersebut sebanyak 10 cc/ pohon. kemudian lubang tersebut ditutup dengan lilin atau kayu. Dalam waktu sekitar 24 Pukul insektisida tersebut sudah menyebar keseluruh jaringan tanaman. Selanjutnya insektisida tersebut akan aktif sampai dengan waktu satu bulan kedepan. Adapun untuk pestisida yang berbentuk Granuler atau butiran caranya diberikan pada mahkota daun mulai dari daun yang teratas sampai dengan tujuh pelepah daun dibawahnya. Dengan dosis 5-10 gram/ pohon. Perlakuan ini untuk pengendalian hama kumbang nyiur atau wangwung Demikian teknik dan cara pengendalian hama terpadu kumbang nyiur semoga bermanfaat bagi yang memerlukan.(mnr)
Kamis, 21 Februari 2013
TEKNIK PENGENDALIAN PENYAKIT PADA TERNAK AYAM BURAS
PENDAHULUAN Ayam buras atau ayam bukan ras yang biasa dikenal dengan ayam kampung merupakan jenis ternak unggas yang sudah tidak asing bagi kita khususnya masyarakat pedesaan. Didalam Pemeliharaan ayam kampung meskipun panca usaha peternakan telah kita laksanakan dengan baik, akan tetapi yang namanya penyakit ayam pasti akan selalu ada dan bahkan jenisnyapun bermacam-macam, sehingga sangat memusingkan kepala kita sebagai peternak ayam. Jika kita amati dan kita evaluasi, penyakit ayam yang terdapat di Indonesia setiap tahun bertambah. Penyakit ayam tersebut tidak dapat dipisahkan, baik ayam ras maupun ayam kampung, karena pada umumnya penyakit-penyakit tersebut ditemukan pada kelompok ayam tersebut. Kerugian yang ditimbulkan penyakit dapat berbentuk kematian, pertumbuhan terhambat, produksi telur turun atau berhenti sama sekali. Selain itu ayam yang pernah terserang penyakit dapat menjadi sumber penyakit. Perkembangan peternakan unggas khususnya ayam kini nampaknya semakin pesat. Dengan adanya hal ini dalam rangka meningkatkan produksi ternak ayam, dipersyaratkan pemanfaatan panca usaha ternak yang terdiri dari, masukan bibit yang baik dan terseleksi, makanan yang bergizi dan layak. Pengelolaan yang efisien. Penanganan terhadap serangan penyakit, juga hal yang berkaitan dengan masalah pemasaran produksi. Empat syarat yang pertama merupakan unsur teknis dan merupakan kesatuan yang tidak boleh dipisahkan. Ke empat unsur tersebut mutlak harus diusahakan sebagai pendukung untuk mencapai hasil produksi yang optimal. Masalah penyakit dalam usaha peningkatan produksi ternak ayam merupakan gangguan ancaman serius, dengan alasan ini penanganan penyakit harus diprogram secara seksama. Sebab program penanganan penyakit memegang perananan yang sangat dominan diantara unsur-unsur panca usaha ternak ayam , khususnya pada orientasi peningkatan produksi ternak. Tujuan utama usaha peternakan ayam adalah sama dengan usaha lainnya, sesuai dengan prinsip ekonomi yaitu dengan biaya produksi sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya. MACAM-MACAM PENYAKIT AYAM BURAS Penyakit ayam merupakan kendala utama dalam beternak ayam kampung khususnya di daerah tropis seperti Indonesia ini. Kerugian ekonomi akibat penyakit ayam ini khususnya penyakit menular dapat berbentuk kematian, meskipun yang lebih sering terjadi adalah bentuk penurunan produksi seperti pada kelompok penyakit pernafasan. Memang ada korelasi atau hubungan yang kompleks antara penyakit dengan lingkungan, sehingga sering kali penanganan penyakit harus secara integral dan kontinyu. Adapun jenis penyakit ayam kampung yang disebabkan oleh virus banyak sekali jumlahnya antara lain: A. Penyakit Tetelo ( New Castel desease) Penyakit tetelo pertama kali muncul pada tahun 1926 di Inggris . Sampai sekarang sudah menyebar luas dibelahan dunia lain. Penyakit ini sangat ganas dan menular. Peternak ayam sering menyebut penyakit sampar, pes, pseudovogel-pestatau cekak. Penyakit ini menyerang ayam semua umur. Selain menghambat produksi jelas mematikan. Sampai saat ini belum ada obat yang manjur, penyakit Ini akibat virus. Seperti halnya manusia yang terkena virus influenza. Pemberian obat tidak menghilangkan virus, akan tetapi hanya mengurangi gejala. Tindakan pengendalian atau pencegahan sangat dianjurkan. Gejala : Lesu kurang bergairah, nafsu makan berkurang. Jengger ayam dan pial kebiruan, sayap terkulai, keluar cairan dari hidung hingga susah bernafas, ngorok dan batuk. Kotoran cair kehijauan dan kekuningan. Jika banyak yang kena, ayam akan bergerombol mencari tempat yang hangat. Setelah 1-2 hari kemudian muncul gejal saraf seperti kaki lumpuh, jalan seret dan leher terpuntir (tortikolis). Akibatnya jalannya berputar putar (tanda khas) Penyebab : 1. Virus paramxyo 2. Pergantian musim seperti musim hujan atau kemarau yang panjang, termasuk pancaroba. 3. Kontak langssung dengan ayam sakit melalui udara atau binatang lain (carrier) Penanggulangannya : 1. Vaksinasi secara teratur sesuai petunjuk. Pemberian dilakukan dengan vaksin aktif pada umur 4 hari, 18 hari, 8 minggu dengan vaksin ND in-aktif secara intra muscular pula. Ulang 6 bulang kemudian. Anak ayam umur kurang 1 bulan diberi dengan cara tetes. Pada ayam dewasa secara intra muscular. 2. Ayam yang benar benar sakit harus dimusnahkan - Aktif : Vaksin mengandung bibit penyakit hidup tetapi sifatnya tidak terlalu ganas bagi ayam. Masa kekebalan 2,5 bulan. - In-aktif : Vaksin mengandung virus yang sudah dimatikan oleh obat kimia tetentu. Masa kekebalan 2 bulan. B. Penyakit Gumboro ( Infectious Bursal Disease) Penyakit Gumboro menyerang system kekebalan tubuh, terutama bagian bursa fibricus dan thymus. Kedua bagian ini benteng pertahanan ayam dari penyakit. Kerusakan parah yang timbul adalah tidak terbentuk antibody sesudah vaksinasi. Gumboro memang tidak mengakibatkan kematian secara langsung, tetapi infeksi sekunder sesudahnya meng akibatkan banyak kematian. Secara umum penyakit ini terbagi menjadi 2 yaitu gumboro klinik dan sub klinik. Gumboro klinik menyerng ayam usia 3-7 minggu. Kerusakan system kekebalan hanya bersifat sementara (2-3 minggu). Lain lagi dengan gumboro sub klinik (dini), inilah yang ditakutkan peternak. Selain tidak terdeteksi, umumnya menyerang anak ayam usia 0-21 hari. Walhasil sifat kekebalan hilang secara permanen (imunospres ) Gejala : Diare berlendir , turun nafsu makan dan minum, gemetar sehingga sukar berdiri. Bulu kotor di sekitar anus dan perilaku mematuk disekitar kloaka (akibat peradangan pada bursa fibrikus yang di atas dubur) Penyakit Virus IBD (infectious Bursal Disease) merupakan golongan red virus dan mempunyai susunan RNA. Dalam tubuh ayam virus ini bertahan hidup lebih dari 3 bulan dan setelah itu masih bersifat infektif. Penanggulangan : 1. Vaksinasi pada umur 1 hari dengan vaksin gumboro aktif. Vaksinasi lanjutan dilakukan pada umur 11 hari dengan vaksin gumboro gabungan (aktif dan in-aktif). Vaksinasi berikutnya dilakukan pada umur 21 hari, 6 minggu dan 10 minggu dengan vaksin gumboro aktif (Gumboral CT). bila perlu diulangi pada umur 40 minggu dengan gumboro in aktif secara intra muscular. 2. Menjaga sanitasi kandang dengan cara membersihkan kandang dari kotoran yang mengganggu aktifitas ayam. C. Penyakit Cacar (avian pox/Fowl Pox/Avian Diphtera/Pokken Diptheria) Penyakit ini menyerang ayam semua umur. Angka kematian yang ditimbulkan golongan kecil. Ada dua bentuk penyakit ini pada ayam, yaitu cacar kulit berupa kutil dan pial, jengger, kelopak mata atau kaki. Diphtheria berupa radang pada selaput lendir lidah, mulut, selaput mata atau pangkal tenggorokan. Kulit timbul dari bintik putih. Kemudian berubah besar dengan warna agak kekuningan. Tak berapa lama jadi kasar dan berubah kembali cokelat. Setelah 2-3 minggu terjadi peradangandan pendarahan pada pangkal kutil. Pada diptheri, kulit ini terdapat pada rongga mulut atau saluran pencernaan depan. Akibatnya terjadi sumbatan pada oesophagus. Gejala : Lesu, nafsu mkana berkurang, produksi telur menurun drastis, suhu tubuh meninggi, kadang terjadi kelumpuhan, kotoran encer Penyebab : Virus family Poxviridae Penanggulangan : 1. Vaksinasi dengan vaksin cacar aktif (diftose CT) pada umur 4 minggu dengan cara tusuk gores sayap atau intra muscular. Kemudian beri vaksinasi penguat/booter (diftosec CT) 3 bulan kemudian. 2. Gunakan biji awar awar sebanyak 3 buah. Ukuran sedang untuk ayam umur 3 bulan. Pemberian bisa langsung dengan mengiring kecil-kecil dan masukan langsung ke mulut atau menumbuknya kemudian campur dengan makanan atau minuman. 3. Menyayat kutil-kutil sampai berdarah dan diolesi larutan yodium atau neo blue atau yodium tincture sampai kutil tersebut kering, kisut sampai akhirnya lepas. 4. Untuk diptheri, kerik dahulu gumpalan dalam rongga mulut sampai lepas. Luka yang timbul diolesi yodium tincture atau yood gliserin (yodium tincture dicampur gliserin dengan perbandingan 1 :1) D. Penyakit Batuk Darah (Infectious Lryngotracheitis) Virus penyakit ini tidak segarang gumboro. Selain dapat dihilangkan dengan desinfektan, ia juga tidak tahan dengan hidup diluar tubuh inang perantara (host-nya). Ayam umur 14 minggu atau lebih sangat rentan penyakit ini. Gejala : Mata berair, malas bergerak, getah radang (exudat) berupa lender bercampur darah melekat pada rongga mulut terutama tenggorokan. Akibatnya ayam sakit banyak mati karena penyumbatan saluran tenggorokan. Selain itu sering batuk, sulit bernafas (tedengar suara khas), paruh dan kotoran atau bulu terlihat percikan berdarah. Penyebab : Virus Herpes, yaitu Tripen Avium Penanggulangan : 1. Memberi vaksin modified LT vaccine dengan cara meneteskan pada mata. Cara lain memberikan Cloacal type vaccine dengan cara menggosokkannya pada bagian bibir atas kloaka. Lakukan 2-3 bulan sebelum ayam bertelur. 2. Vaksinasi dengan LryngoVac Nobilis (produksi intervet). 3. Bila ayam terkena sebaiknya dimusnahkan. E. Penyakit Bronchitis (infectious Bronchitis) Penyakit ini menyerang alat pernafasan. Penularan terjadi melalui udara tercemar dari ayam penderita. Ayam terserang menunjukkan gejala sakit setelah 48 jam. Angka kematian tertinggi terjadi saat menyerang anak ayam umur di bawah 6 minggu, yaitu mencapai 60%. Pada dewasa kematian hampir tiadak ada. Gejala : Batuk, bersin, sesak nafas, ngorok, mengeluarkan lender dari hidung dan mata dan nafsu makan dan minum menurun. Penyebab : Virus golongan corona Penanggulangan : 1. Vaksinasi secara teratur sesuai petunjuk. Bisa digunakan vaksin galur masasachusetts dan Connecticut. Pemberian secar tetes mata atau hidung. Bisa juga melalui air minum. 2. Vaksinasi pad aumur 7 hari, 30 hari, dan 10 minggu dengan vaksin IB aktif (Bioral H-120) dengan cara tetes mata. Pemberian vaksin dilanjutkan umur 18 minggu dengan vaksin ND+IB in aktif. PENYAKIT AYAM AKIBAT BAKTERI Disamping penyakit yang disebabkan oleh virus ada juga penyakit ayam yang disebabkan oleh Jenis Bakteri tertentu antara lain : 1. Penyakit Pilek/ Snot ( Infectious Coriza). Penyakit ini bersifat menular dan timbul akibat perubahan musim dari kemarau ke musim penghujan. Perbedaan cuaca sering ekstrim dan berpengaruh pada kondisi fisiologis ayam. Penyakit ini menyerang semua umur terutama pada ayam dewasa. Angka kematian memang kecil, tetapi angka kesakitan cukup tinggi . Ayam betina umur 18-23 minggu paling rentan terserang. Bagi ayam petelur dapat menurunkan produksi sampai 20 %. Gejala ; Keluar lender kekuningan encer dari hidung, kental dan berbau khas.Terdapat kerak disekitar lubang hidung. Mata tertutup sebagian akibat pembengkakan sinus infra orbital secara unilateral ( sebelah) atau bilateral( keduanya). Akibatnya muka bengkak dan mata memejam, suara ngorok dan sukar bernafas dan pertumbuhan tidak normal. Penyebab. Bakteri Haemophilus gallinarum. Penanggulangannya. 1. Vaksin pada umur 12 minggu dan 17 minggu dengan vaksin snot inactive( Haemovax 0,3 ml/ ekor 2. Jangan mencampur ayam yang berbeda usia lebih dari 3 minggu 3. Berilah mycomas, ampisol ultramycin atau baytril 10% OS dengan dosis sesuai petunjuk pabrik 2. Penyakit Kolera( Fowl colera) Penyakit ini tak kalah ganasnya dengan tetelo, serangannya tidak hanya pada ayam petelur, ayam pedaging pun diserangnya. Umumnya menyerang ayam lewat 12 minggu. Serangan ini bisa secara mendadak (akut) atau menahun ( kronis). Kerugian yang terjadi akibat penyakit ini adalah turunnya bobot dan produksi telur bahkan kematian. Gejala; Akut: Terjadi kematian secara tiba-tiba tanpa alas an yang jelas Kronis: Ada gejala demam,nafsu makan hilang,bulu berdiri, sesak nafas, mencret banyak mulsa-mula kuning kemudian coklat. Kotoran berbau busuk dan berlendir, Pembengkakan pada jengger dan pial serta kepala berwarna biru dan memperlihatkan gejala geleng-geleng kepala dan biasanya disertai lumpuh. Penyebab, Infeksi bakteri Pasteurela multocida. Secara normal bakteri ini disaluran pernafasan dan pencernaan. Cara penanggulangan. 1. Vaksinasi kolera umur 6-8 minggu dan diulang pada umur 8-10 minggu. 2. Menjaga ventilasi udara tetap lancar dan menjaga isi kandang jangan terlalu padat. 3. Berilah vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam, seperti fita stress atau fita strong. 3. Penyakit Tipus ( Fowl Thypoid) Penyakit ini termasuk jenis berbahaya juga menular. Angka kematian ini bisa mencapai 30% . serangan terjadi pada semua umur ayam, tetapi lebih banyak pada ayam grower dan sudah bertelur. Gejala . Lesu, nafsu makan turun, nafsu minum dan suhu badan meningkat. ayam sedikit mencret berwarna kuning kehijauan. Kepala menunduk dengan mata terpejam seperti mengantuk. Kedua sayap terkulai. Penyebabnya adalah bakteri Salmonella gallinarum Penanggulangannya, 1. Menjaga sanitasi dengan baik 2. Bila baru terserang dapat diberikan colisutrixatau demetropin dengan dosis sesuai petunjuk. 4. Penyakit Berak Kapur (Pullorum disease) Penyakit ini banyak menyerang anak ayam, terutama umur 1-10 hari . Kebanyakan yang terkena lemah dan mati muda. Pada ayam dewasa tidak terlihat gejala sakit. Ayam yang sembuh membawa seumur hidupnya mengeluarkan bibit penyakit. Penularan utama terjadi melalui telur. Gejala : Anak ayam nafsu makan berkurang . Kotoran encer berwarna putih berlendir dan banyak melekat pada daerah anus. Ayam terlihat pucat lemas, kedinginan dan suka bergerombol mencari tempat yang hangat. Sayap tampak kusut dan mengantung, jengger pucat dan berkerut. Penyebabnya adalah Bakteri Salmonella pullorum. 5. PENYAKIT AKIBAT CACINGAN. Penyakit ini jarang menimbulkan kematian, umumnya menyerang ayam segala umur. Akibatnya terjadi hambatan pertumbuhan dan produksi telur. Secara umum ada tiga golongan cacing yang menjadi parasit Yaitu Nematoda, Trematoda dan cestoda adapun yang paling banyak menyerang adalah dari jenis nematode Gejala ; a. Nematoda.Ascaris galli Menyerang ayam semua umur. Tubuh ayam kurus. lemah nafsu makan menurun mencret dengan kotoran encer agar berlendir berwarna keputih putihan. b. Heterakis galinae, hampir sama dengan ascaris galli yaitu menyerang semua umur dan nafsu makan menurun dan kotoran seperti bercak darah. Demikian cara pengendalian dan pengobatan penyakit pada ternak ayam yang banyak menyerang pada ayam buras, baik itu serangan akibat virus, bakteri maupun cacing. Harapan kami semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.(mnr)
Rabu, 20 Februari 2013
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA TERPADU TANAMAN KELAPA
I. Latar belakang Kerusakan tanaman kelapa yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit tanaman kelapa di Kabupaten Rembang khususnya yang disebabkan oleh hama kumbang nyiur (oryctes rhinoceros.L) cukup besar, hal ini menimbulkan kerugian yang sangat besar, namun ada kalanya petani tidak menyadari dampak dari serangan ini. Padahal kerugian yang ditimbulkan bukan hanya dirasakan oleh petani saja, akan tetapi dirasakan juga oleh Pemerintah. Kumbang nyiur atau wangwung ini ternyata tidak hanya menyerang tanaman kelapa di daerah Kabupaten Rembang saja, akan tetapi merupakan hama tanaman kelapa yang banyak merugikan di daerah-daerah seluruh Jawa Tengah. Hama ini merupakan hama yang selalu ada sepanjang tahun dan dapat menurunkan produksi kelapa, dan pada tingkatan yang drastis dapat menimbulkan kematian pada tanaman kelapa. Gejala serangan Bekas serangan hama kumbang nyiur pada tanaman kelapa dapat dilihat dari adanya daun-daun yang terpotong–potong berbentuk segitiga atau berbentuk kipas. Bagian yang terserang adalah pucuk pohon atau pangkal daun muda, yaitu bagian pohon yang banyak mengandung cairan bergizi dan apabila tanam,an kelapa terserang pada titik tumbuhnya tanaman bisa mati. Selama hidupnya kumbang nyiur mengalami empat fase yaitu : - Telur kurang lebih 12 hari - Larva 8-16 minggu - Pupa atau kepompong 2-4 minggu - Imago atau dewasa 6-10 minggu. Umumnya baru setelah berumur 28 hari, kumbang nyiur baru bisa terbang untuk mencari makanan, sehingga siklus hidup kumbang nyiur dari telur hingga dewasa memerlukan waktu selama 4-6 bulan. Kalau kita menengok kebelakang kira-kira pada tahun delapan puluhan, terlihat bahwa disepanjang pantai utara Kabupaten Rembang masih nampak adanya pohon nyiur yang melambai-lambai. Namun pada millennium ketiga ini, nampaknya lambaian nyiur itu sudah tak nampak lagi, kemanakah gerangan perginya nyiur yang selalu melambai-lambai itu… ? Dengan melihat kondisi semacam ini kita merasa prihatin dan terdorong untuk peduli terhadap upaya peningkatan produksi tanaman kelapa di Kabupaten Rembang dengan cara Pengendalian Hama Secara Terpadu Pada Tanaman Kelapa Secara Benar II. Tujuan Pengendalian Hama terpadu. Pengendalian hama terpadu tanaman kelapa adalah upaya pengendalian yang dilaksanakan dengan mengutamakan prinsip-prinsip yang berwawasan lingkungan , sehingga diperoleh kesimbangan antara hama dan musush alami . Dengan cara ini kelestarian lingkungan baik biotik maupun abiotik dapat terpelihara dengan baik dan produksi kelapa pun diharapkan dapat meningkat. III. Kegiatan Utama Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kelapa. Pelaksanaan pengendalian Hama Terapdu tanaman kelapa adalah merupakan kombinasi dari pengendalian hama yang sudah berjalan selama ini, hanya penekanannya yaitu bahwa pengendalian hama terpadu harus menyangkut beberapa aspek antara lain : 1. Berwawasan lingkungan 2. Menjaga keseimbangan antara hama dan musuh alami. 3. Penggunaan pestisida merupakan alteranif terakhir. Jadi pelaksanaan pengendalian hama terapdu pada prinsipnya mengutamakan pencegahan dan pengamatan dini sebelum terjadi adanya serangan hama. IV. Kegiatan Utama Pengendalian hama terpadu. 1. Membersihkan Mahkota daun. Membersihkan mahkota daun merupakan kegiatan pokok, pada kegiatan ini seluruh kotoran yang berupa sisa seludang, bekas guguran bunga maupun ijuk yang ada harus dibersihkan, sehingga mahkota daun menjadi bersih yang dapat mencegah antara lain : a. Bebas hama tupai atau bajing , tikus serta hama lainnya. b. Bebas dari penyakit rontok buah dan penyakit busuk pucuk, karena kelembaban mahkota daun dapat terkendali. 2. Sanitasi Lingkungan. Rumput-rumput yang tumbuh disekitar pohon atau kebun harus dibersihkan, begitu pula sissa-sisa penggilingan tebu, tumpukan jerami, tumpukan pupuk kandang harus juga dibersihkan, Karena tempat inilah yang banyak digunakan sebagai sarang bagi kumbang nyiur untuk meletakkan telurnya dan berkembang biak disana hingga dewasa. 3.. Pengendalian secara Hayati atau Biologis. Pengendalian secara hayati atau biologis yaitu pengendalian hama dengan menggunakan mahluk hidup, baik berupa predator maupun parasit. Contoh pengendalian dengan predator misalnya dengan menggunakan burung hantu yang dapat memakan hama tikus maupun tupai yang sering merusak tanaman kelapa. 4. Pemeliharaan tanaman Hal ini untuk mendapatkan tanaman yang sehat dan kuat, yaitu dengan perawatan secara rutin dan intensif, diadakan pemupukan berimbang serta harus memperhatikan prinsip lima tepat dalam pemupukan yaitu; Tepat jenis, Tepat Dosis , Tepat waktu, Tepat cara dan tepat tempat. 5. Pengendalian secara kimiawi Pengendalian secara kimiawi adalah merupakan alternative terakhir atau alternative pamungkas apabila pengendalian dengan cara lain sudah diupayakan, akan tetapi belum berhasil, maka pengendalian secara kimiawi inilah barulah diterapkan, dan inipun harus dilakukan dengan penuh pertimbangan. Adapun dalam pengendalian secara kimiawi jenis pestisida yang dipergunakan ada tiga jenis yaitu ; 1. Pestisida berbentuk Cairan ( EC ) 2. Pestisida yang berbentuk butiran ( G ) 3. Pestisida Berbentuk Puder ( SP ) Contoh pengendalian hama tanaman kelapa dengan pestisida untuk hama yang sifatnya ekplosif misalnya hama Artona Xatoksanta yaitu dengan jalan menyuntikkan pestisida sistemik kedalam batang tanaman kelapa dengan konsentrasi 100 %. caranya batang pohon kelapa dibor terlebih dahulu sedalam 10-15 cm dengan kemiringan tertentudan kemudian masukkan larutan insektisida tersebut sebanyak 10 cc/ pohon. kemudian lubang tersebut ditutup dengan lilin atau kayu. Dalam waktu sekitar 24 jam insektisida tersebut sudah menyebar kesluruh jaringan tanaman. Selanjutnya insektisida tersebut akan akan aktif sampai dengan waktu satu bulan kedepan. Adapun untuk pestisida yang berbentuk Granuler atau butiran caranya diberikan pada mahkota daun mulai dari daun yang teratas sampai dengan tujuh pelepah daun dibawahnya. Dengan dosis 5-10 gram/ pohon. Perlakuan ini untuk pengendalian hama kumbang nyiur atau wangwung Sedangkan untuk pestisida dalam bentuk tepung atau puder, caranya pestisida dilarutkan terlebih dahulu dengan air dengan dosis dan konsentrasi tertentu, barulah setelah itu disemprotkan dengan menggunakan Hand sprayer kebagian tajuk kelapa yang terserang hama/ penyakit. Pestisida jenis ini biasanya untuk pengendalian Hama Brontespha yang banyak menyerang pada seludang kelapa, sehingga terjadi kegagalan dalam pembuahan . Demikian teknologi pengendalian terpadu hama tanaman kelapa, semoga dapat diterapkan untuk pengendalian hama tanaman kelapa yang ada disekitar rumah tinggal kita, sehingga produksi kelapa kita dapat meningkat.(mnr)
Langganan:
Postingan (Atom)
Label
- ANALISIS
- award
- Baja dan Nutrien
- Bena Perang
- Bengkel dan Forum SRI
- Biodiversiti dan Alam Sekitar
- BIOLOGI
- Bioteknologi Pertanian
- Bisnis
- BUAH
- BUDIDAYA
- BUDIDAYA KARET
- BUDIDAYA KELAPA SAWIT
- BUDIDAYA TANAMAN
- BURUNG
- Dapur
- dasar dasar produksi tanaman pangan
- DDPT
- DDPT2
- E_teks pes 6
- Ekologi dan Diversiti
- Ekologi dan Epidemiologi
- ekologi umum
- Ekonomi Hijau
- Ekonomi Pertanian
- Fisiologi Tanaman
- game angry birds
- Gangguan Keruntuhan Koloni
- HAMA
- hot
- icon folder
- ILMU TANAH
- Infografik
- Inspirasi
- Isu Semasa
- JAMUR
- KATA KATA MUTIARA
- Keselamatan Makanan
- Kesihatan Tanah
- Komik
- kunci gitar
- lanskap
- Lantai Kayu
- Laporan dan Jurnal
- MAKALAH
- Mesin dan Jentera
- Musuh Alami
- Padi dan Beras
- Padi Selangor
- Padi SRI
- PANGAN
- Parquet
- pemupukan
- Pengurusan Air
- Pengurusan Perosak Bersepadu
- PENYAKIT
- Penyakit dan Perosak
- Perataan Tanah
- Perawatan
- Perbaikan
- PERKEBUNAN
- Persidangan dan Forum
- PERTANIAN
- Pertanian dan Makanan
- Pertanian Lestari
- Perubahan Iklim
- pes 2013
- pes 6
- pes 6 2
- Predator dan Parasitoid
- PROPOSAL USAHA
- PUPUK
- Racikan
- Racun Perosak
- Revolusi Hijau
- Santai
- SDA
- sefwere mempercepat copy
- sofwere
- sofwere 2
- sofwere edit foto
- sofwere islami
- sofwere2
- Taman
- TANAMAN
- Tazkirah
- Teknologi Maklumat
- TERNAK
- thema
- thema bola
- thema keren
- Tips
- TOTARIAL
- TOTARIAL2
- TV ONLINE
- Ukuran-ukuran
- Usaha
- USAHA TANI
- Wallpaper
- walpaper bola
- we 8
- we9