Tampilkan postingan dengan label HAMA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label HAMA. Tampilkan semua postingan
Jumat, 26 April 2013
PESTISIDA NABATI UNTUK PENGENDALIAN HAMA TANAMAN PERTANIAN YANG RAMAH LINGKUNGAN.
Arah dan program pembangunan sekarang ini memberikan petunjuk, bahwa tantangan terhadap aktivitas pertanian Akan semakin kuat dari tahun ketahun. Upaya pembangunan pertanian dilakukan melalui empat cara yaitu, Intensifikasi, Rehabilitasi, diversifikasi dan ektensifikasi. Adapun yang paling penting dalam pembangunan pertanian adalah melalui intensifikasi, secara teknis program ini adalah introduksi varietas unggul penggunaan pupuk berimbang, peningkatan frekuensi tanam, terutama untuk tanaman semusim, perbaikan irigasi dan penggunaan pestisida terutama pada awal program intensifikasi. Salah satu kendala penggunaan pestisida kimiawi dalam program pertanian adalah kendala ekologi. Penggunaan pestisida serampangan atau dosis yang kurang tepat dapat menimbulkan eksplosif hama dan perkembangan lebih lanjut banyak yang ditimbulkan akibat penggunaan pestisida kimia baik secara langsung maupun tidak langsung terjadi resistensi, rezurgensi dan eksplosifnya hama-hama baru. Akibat dampak negative tadi mendorong para ahli berfikr untuk kembali ke produk-produk alami yang khususnya menggunakan bahan tumbuhan sebagai bahan aktif pestisida yang dikenal dengan nama pestisida Nabati. SEBENARNYA APAKAH PESTISIDA NABATI ITU Pestisida nabati adalah ramuan pestisida yang menggunakan bahan aktifnya dari produk tumbuh-tumbuhan. Sebenarnya penggunaan ramuan atau formulasi dari produk alami tumbh-tumbuhah ini sudah sejak lama dikenal oleh petani Indonesia. Menurut Gatot Kartono dan Trihadiyani (1994). Formulasi pestisida nabati dikenal sejak tahun 1909 dan penggunaannya pada tahun 1939, namun perhatian terhadap pestisida nabati ini terhenti ketika pestisida kimia yang mempunyai keampuhan untuk mematikan hama ditemukan, dan setelah terbukti DDT mampu menekan dan mematikan nyamuk sebagai pembawa penyakit malaria yang saat itu merupakan penyakit yang menghantui dunia. Sejak itulah orang berpaling dari pestisida nabati ke pestisida kimia, mereka menganggap sebagi dewa penolong dalam produksi pertanian. Pengalaman pada pengendalian hama tanaman padi, palawija dan sayuran menunjukkan bahwa penggunaan pestisida kimiawi ditingkatkan, ternyata masalah hama masih menjadi kendala dan bahkan semakin merajalela serta menggenaskan, hal ini disebabkan karena ; 1. Hama menjadi kebal terhadap formulasi pestisida kimia. 2. Musuh alami predator dan parasit mati akibat pestisida kimia 3. Hama memperlihatkan rezurgensi terhadap formulasi pestisida kimia. Kecuali hal tersebut diatas timbul dampak negative akibat-akibat penggunaan pestisida kimia antara lain: a. Serangga penyerbuk bunga dan hewan ternak juga ikut mati. b. Polusi udara, air dan tanah tidak dapat dihindarkan. c. Kecelakaan pada manusia dengan terjadinya keracunan kronis, Dari dampak negative penggunaan pestisida kimia tersebut pemerintah merubah kebijaksanaanya dalam masalah penaggulangan hama, yakni dengan menggunakan pestisida lain. Pendekatan menggunakan secara konprenhensif berdasarkan prinsip-prinsip ekologi, Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) yang merupakan tindak lanjut dari kebijaksanaan pemerintah yang memasyarakatkan antara lain pengetahuan yang mendalam tentang interaksi antara komponen–komponen agro ekosistem (Kelompok hama tanaman, musuh alami, agronomi, kondisi cuaca dan factor manusia sebagai pengelola) Pestisida nabati perlu disajikan sebagai alternative substitusi pestisida kimia karena pestisida nabati mempunyai kelebihan antara lain aman terhadap lingkungan, hampir tidak meninggalkan residu, mudah diperoleh serta relative murah harganya. Reaksi pestisida nabati terhadap hama dapat secara kontak, fumigasi dan racun kontak, meskipun reaksinya agak lambat, hal in i cenderung musuh alami memakan lebih cepat. Gejala keracunan hama oleh pestisida nabati adalah terjadinya gerakan serangga yang kurang aktif baik dalam kegiatannya merusak tanaman, bahkan timbulnya kelumpuhan hama itu sendiri. JENIS-JENIS TUMBUHAN SEBAGAI PESTISIDA NABATI. Sekarang para ahli mulai mencari dan meneliti tumbuhahn yang mengandung bahan aktif sebagaai pestisida nabati. Beberapa tumbuhasn yang dapat diperhatikan antara lain mimba (Azadiracta indica), tembakau (Nicotianan tabacum). Tuba (Derriseleptica) dan Mindi (Melbia sp). Karena dari formulasi tumbuhan tersebut dapat mengendalikan bahkan menekan larva penggerek daun dan batang pada berbagai jenis tanaman pertanian. Nicotin pada tumbuhan sangat efektif untuk Aphida dan serangga berbadan lemah lainnya yang menimbulkan gejala kejang lumpuh dan mati ( Matsumura, 1976) Memang secara khusus belum banyak penelitian tentang pengunaan pestisida nabati untuk mengendalikan berbagai jenis hama tanaman pertanian di Indonesia, dapat dilihat dalam table berikut ini. JENIS TUMBUHAN PESTISIDA NABATI NO TUMBUAHN BAHAN AKTIF KETERANGAN 1. Mimba Mimba Ekstrak daun 2. Tuba Derris Ekstrak akar 3. Cikusau Paretmins Ekstrak daun dan batang 4. Cengkeh Eugenol Ekstrak buah dan bunga 5. Gandum Alkaloid Ekstrak umbi 6. Lada hitam Alkaloid Bubuk, buah 7. Vatey trifolia Alkoloid Ekstrak daun 8. Duku Alkoloid Ekstrak kulit buah 9. Mindi Alkoloid Ekstrak daun 10. Arona galabia Alkoloid Ekstrak biji 11. Bengkoang Alkoloid Ekstrak biji 12. Nilam Oil resin Ekstrak biji 13. Jambu mete Oil resin Ekstrak minyak kulit biji 14. Kecubung Oil resin Ekstrak bunga 15 Sawolucin Oil resin Ekstrak biji 16. Kluwih Oil resin Ekstrak biji 17. Temu HItam tumerol Ekstrak rimpang 18. Kencur tumerol Ekstrak rimpang 19. Kunyit tumerol Ekstrak rimpang Konsep penggunaan pestisida nabati cukup besar dan penting sebagai substitusi pestisida kimia, karena mempunyai kelebihan, aman terhadap lingkungan, tidak meninggalkan residu, mudah diperoleh dan harganya relatih murah. Pencarian dan penelitian penggunaan pestisida nabati belum begitu luas, sehingga dapat merupakan peluang bagi peneliti dan agro industry khususnya pestisida nabatai Demikian manfaat penggunaan pestisida nabati yang ramah lingkungan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya(mnr)
SIPUT MURBEI ATAU KEONG EMAS MERUPAKAN SALAH SATU HAMA TANAMAN PADI
Siput Murbei (Pomaceae) mendapat julukan nama ini dikarenakan bentuk telurnya seperti buah murbei dengan warna merah jambu. Disebut juga dengan naman Keong Mas, karana warna cangkangnya yang berwarna kuning keemasan sehingga menarik bagi yang melihatnya, sedang dinegeri asalnya yaitu Amerika serikat siput ini dinamakan Golden Snail Kuhol. Siput murbei termasuk dalam Famili Ampuloracideae Kelas Gastropoda. Filum Molusca. Berbeda dengan siput biasa siput ini selain memiliki warna telur yang berbeda, cangkangnya juga lebih tipis dan lebih rapuh. Berkembang biak lebih cepat dan pesat serta makannya lebih rakus (Herbisor Polivagis). Pada kondisis lingkungan yang sesuai siput ini akan memeprcepat pertumbuhan dan perkembangannya, adapun besar dan ukuran tubuh siput ini dapat mencapai dimater 6-8 cm. PEREKEMBANGAN. Setelah mengadakan perkawinan antara siput jantan dan betina, maka siput betina mampu bertelur 300-500 butir tiap ekor. Induk yang besar bertelur lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil. Tiap induk dalam 1 bulan mampu bertelur 15 kali. Telur diletakkan diatas permukaan tanah atau menempel pada batang padi, tanaman pematang atau akar akar pohon agar memeproleh suhu yang tinggi dan sinar matahari, selanjutnya dalam jangka waktu 14-17 hari telur sipu ini sudah mulai menetas. Keong mas ini tiap induk dalam waktu 1 bulan mampu memproduksi telur 4.500 s/d 7.500 butir. Perkembangan lebih cepat bila hidup pada lingkungan sawah yang rawa dengan makanan tersedia cukup banyak dan tidak ada predator bagi telur keong ini seperti ikan, burung, semut atau tikus. Keunikan yang terjadi pada perkawinan keong atau siput ini adalah biasanya dua keong jantan sering mengawini satu keong betina secara bersamaan atau bersama-sama dalam waktu yang sama pula. ASAL MULA SIPUT MURBEI Siput murbei konon kabarnya berasal dari negeri paman sam, di Asia berkembang mula dari Philipinan masuk ke Indonesia dengan tujuan sebagai hiasan pengisis aquarium. Setelah lama kelamaan pemiliknya bosan akhirnya membuang siput ini begitu saja, sehingga berkembang biak di perairan umum. Karena keong ini perkembangannya sangat pesat. Kemudian ada usaha untuk membudidayakan keong ini sebagai bahan makanan ternak atau juga untuk dikonsumsi sebagai lauk pauk. Siput ini ternyata sangat baik dijadikan sebagai pakan ternak khususnya itik atau bebek, lele dumbo dan ternyata mampu meningkatkan produksi telur itik yang sangat signifikan. Keong ini ternyata juga dapat dikonsumsi oleh manusia dalam bentuk menu masakan seperti sate keong, gulai atau pepes keong. Akan tetapi sampai saat ini jumlah pengkonsumsi keong ini masih relatih rendah jumlanya karena belum dikembangkan adanya resep masakan yang lebih menarik bagi konsumen khususnya resep masakan dari keong mas ini. PENYEBARAN. Penyebaran keong mas ini dibantu oleh manusia, lalu lintas air seperti perahu yang membawa telur-telur menempel. Aliran air dan adanya banjir sangat mempercepat proses penyebaran keong ini. Pada perairan yang menggenang sepanjang tahun keong ini sulit dimusnahkan. Bila musim kemarau dating dan persawahan kering siput ini mampu bertahan di tanah dengan bertapa tanpa melakukan aktivitas selama 3-5 bulan. BIla musim hujan datang keong ini hidup kembali dan aktivitas seperti biasanya. Biasanya keong ini berada pada posisis lubang cangkang di atas untuk menahan simpanan air yang ada didalamnya, kemudian menutupnya dengan rapat rapat. KEONG INI BERPOTENSI SEBAGAI HAMA TANAMAN PADI YANG SANGAT MERUGIKAN Karena sifat dari keong ini yang herbifor polifagus, perkembangannya yang sangat cepat dan pesat, mudah beradaptasi dengan lingkungan, maka siput ini sangat potensial sebagai hama perusak tanaman padi atau tanaman kangkung di persawahan. Keong yang berukuran diameter 0,5 -1 cm saja telah mampu memakan tanaman. Bibit dan tanaman muda yang baru ditanam merupakan masa kritis bagi serangan siput ini . Pada populasi 30 ekor/ m2 tanaman padi muda menjadi puso dalam waktu semalam saja. Pada tanaman padi yang sudah berumur cukup dewasa siput ini memakanan tunas -tunas muda, sehingga anakan padi menjadi berkurang. Aktivitas makan, kawin ,migrasi, bertelur lebih banyak dilakukan hama keong ini pada malam hari, karena keong ini tidak tahan terhadap terik sinar matahari yang menyengat. CARA PENGENDALIAN Cara pengendalian siput murbei sampai saat ini masih menggunakan pengendaalian secara mekanis atau fisk yaitu dengan cara menangkap siput-siput tersebut kemudian dikumpulkan, selanjutnya untuk dijadikan pakan ternak seperti itik atau lele dumbo atau bahkan untuk dikonsumsi sebagai lauk pauk dalam bentuk olahan atau masakan sate keong, pepesan keong atau gulai keong dan banyak lagi cara yang lainnya. Demikian tulisan tentang siput murbei yang banyak merugikan petani padi, semoga tulisan ini dapt bermanfaat bagi yang memerlukannya
Senin, 22 April 2013
CARA PENANGGULANGAN SERANGAN HAMA ULAT GRAYAK PADA TANAMAN PADI
Ulat Grayak merupakan salah satu hama yang akhir-akhir ini banyak menyerang tanaman padi. Dahulu ulat ini sering disebut sebagai ulat tentara. Menyerangnya pada malam hari, sedangkan pada siang hari ulat ini bersembunyi dibawah tanaman padi atau di dalam tanah Selain menyerang tanaman padi ulat ini dapat pula menyerang tanaman lain seperti tanaman jagung, gandung dan tanaman sayur-sayuran. Ada tiga jenis ulat grayak yang kita kenal yaitu; Ulat Grayak kelabu (Leucania unipuncta), Ulat Grayak coklat hitam (Spodoptera maurita) dan ulat Grayak bergaris kuning (Laphygma exemta). Masing-masing ulat tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. ULat Grayak Kelabu (Leucania unipuncta). Ulat ini bertelur dalam kelompok yang terdiri dari 90-230 butir rata-rata 100 butir yang dilindungi oleh suatu substansi yang berwarna putih, diletakkan pada upih atau tangkai daun padi. lama stadium telur 7-9 hari. Larva berwarna kelabu dengan kepala coklat hitam, mempunyai enam instar, stadium larva 28 hari, kepompong umunya berada di dalam tanah dan stadium larvanya mencapai 29 hari atau rata-rata 16 hari. sehingga siklus hidup secara keseluruhan selama 30-36 hari 2. ULat Grayak Coklat Hitam (Spodoptera maurita) Ulat Grayak ini bertelur sebanyak 150-200 butir yang diletakkan berkelompok pada permukaan bawah daun padi atau rumput. Stadium telur 5-9 hari. Larva ulat ini berwarna coklat sampai coklat hitam dan pada punggungnya terdap[at tiga garis yang berwarna lebih muda mempunyai, tingkatan hidup atau instar sampai lima, Stadium larva selama 22 hari, kelompong diletakkan di bagian bawah, berwarna coklat gelap, stadium kepompong 10-14 hari. Sedangkan siklus keseluruhan antara 20 -31 hari. 3. Ulat Grayak bergaris kuning (Laphygma exemta) Pada ulat Grayak ini telur diletakkan pada permukaan daun padi, jumlah telur 150-200 butir yang diletakkan secara berkelompok. Lamanya stadium telur 2-3 hari, larva sampai instar enam lama stadium larvanya 11-12 hari. Pupa umumnya berada dalam tanah, lama stadium pupa 5-10 hari. Sehingga siklus hidup secara keseluruhan selama 20-30 hari. Gejala serangan ulat grayak Ulat grayak coklat hitam, biasanya menyerang pesemaian padi yang sudah tua, semula yang diserang hanya pada bagian pinggirnya saja, akan tetapi kemudian pada seluruh pesemaian akan diserangnya pula. Sedangkan ulat grayak kelabu biasanya menyerang tanaman padi di areal pertanaman. Tanaman padi yang diserang umumnya tanaman padi yang sudah tua, dengan memakan daun daunnya, tangkai daun putus bahkan tanaman padi muda bisa menjadi habis. Ulat Grayak bergaris kuning justeru yang dimakan atau yang diserang tanaman padi yang masih muda. Selaian itu juga ulat ini dapat menyerang tanaman jagung, tebu, padi gogo dan tanaman palawija lainnya. Cara mengatasi serangan ulat grayak Ada beberapa cara untuk mengatasi serangan hama ulat grayak ini antara lain : a. Secara fisik, yaitu dengan jalan mencari ulat-ulat tersebut kemudian ditangkap dan dibunuhnya. Hal ini dapat dilakukan apabila intensitas serangannya masih sangat ringan atau rendah b. Pada saat pertumbuhan pada fase vegetative, lakukan pengamatan di lapangan. apabila dalam pengamatan di dapatkan ulat grayak sebanyak 2 ekor untuk tiap meter persegi, maka pemberantasan dengan menggunakan insektisida harus segera dilakukan. Dalam melakukan penyemprotan ini harus diperhatikan beberapoa hal antara lain: • Lakukan penyemprotan pada saat ulat grayak ini keluar dari tempat persembunyiannya yaitu pada waktu pagi hari atau sore hari. • Ikuti petunjuk-petunjuk yang tertera pada label bungkus insektisida yang digunakan agar tidak terjadi kesalahan dalam pengggunaannya. Adapun insektisida yang dapat digunakan untuk pemberantasan ulat ngrayak ini antara lain; Agrothion 50 EC, Azodrin 15 WSC, Ambush 2 EC. Basudin 60 EC. Bayrusil 250 EC dan insektisida lainnya Demikian cara penanggulangan atau mengatasi serangan hama ulat grayak pada tanaman padi semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi petani yang memerlukannya. (mnr)
Jumat, 05 April 2013
CARA PENGENDALIAN PENYAKIT ANTRAKNOSE ATAU PATHEK PADA TANAMAN CABE MERAH
Penyakit pathek atau antraknose merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman utama pada tanaman buah-buhan pada umumnya, dan khususnya pada tanaman cabe merah. Penyebab penyakit pathek ini berasal dari golongan jamur/ cendawan yang diiderntifikasi namanya Colleto trichum spp dan Gloesporoides spp. Jamur akan berkembang dan mampu menimbulkan penyakit bila kelembaban lingkungan > 85 % dan suhu temperatur mencapai 32 derajat celcius. Kerusakan akibat penyakit pathek dalam waktu relative singkat dapat mengakibatkan buah cabe rusak sehingga dikenal pula sebagai penyakit otomatis sehingga buah cabe tidak mempunya nilai ekonomis lagi. Pada lahan yang draenasenya tidak baik dan banyak genangan air disekitarnya pertanaman cabe, maka hal ini akan sangat mendukung terhadap perkembangan penyakit ini. Gejala awal penyakit pathek pada tanaman cabe ditandai dengan adanya lekukan pada buah dengan warna yang sama dengan warna buahnya, selanjutnya lekukan tadi akan jelas terbentuk dengan warnanya berubah, ada yang berwarna kecoklatan atau hitam yang bagian atasnya ditumbuhi benang-benang halus (aservulus) hitam atau kemerah-merahan. Hal inI tergantung dari jenis jamurnya. Buah yang terinfeksi penyakit pathek ini bijinya tidak boleh dijadikan sebagai benih (seed born). Penyakit Pathek ini juga mengakibatkan matinya pucuk atau ranting tanaman yang berlanjut pada seluruh daun kering dengan warna seperti jerami. Cara pengendaliannya. • Melakukan perendaman biji dalam air panas sekitar 55 derajat celcius selama 30 menit atau perlakukan dengan fungisida sistemik yaitu golongan triazole dan pyrimidin 0,05 – 0,1 % sebelum benih ditanam atau bisa juga menggunakan agen hayai. • Penyiraman fungisida atau agen hayati yang tepat pada umur 5 hari sebelum pindah tanam • Memusnahkan bagian tanaman yang terinfeksi, namun perlu diperhatikan saat melakukan pemusnahan, tangan yang telah menyentuh sebaiknya diusahakan tidak menyentuh tanaman yang sehat atau buah yang sehat, dan sebaiknya dilakukan menjelang pulang, sehingga kita tidak terlalu banyak bersinggungan dengan tanaman yang masih sehat • Pergiliran tanaman dengan tanaman lain yang bukan family solaneceae atau bangsa terong-terongan atau tanaman inang lainnya, misanya tanaman pepaya, karena berdasarkan penelitian IPB pathogen pathek pada pepaya dapat menyerang cabai pada areal pertanaman cabe. • Penggunaan fungisida fenarimol, triazole, klorontalonil khususnya pada periode pematangan buah dan terutama saat curah hujan cukup tinggi. Fungisisda diberikan secara bergilir untuk satu penyemporotan dengan penyemprotan berikutnya, baik yang menggunakan fungisida sistemik maupun fungisida kontak atau bisa juga golongan keduanya. • Penggunaan mulsa hitam perak, karena dengan menggunakan mulsa ini sinar matahari dapat dipantulkan pada bagian bawah permukaan daun atau tanaman sehingga kelembaban tidak begitu tinggi. • Menggunakan jarak tanam yang lebar yaitu sekitar 65 -70 cm dan ditanam secara zig zag, hal ini bertujuan untuk mengurangi kelembaban dan sirkulasi udara cukup lancar, karena jarak antar tanaman semakin lebar, keuntungan lain buah cabe akan tumbuh lebar dan besar. • Penggunaan pupuk Nitrogen tidak boleh terlalu banyak, misal pupuk Urea, Pupuk Za ataupun pupuk daun dengan kandungan Nitrogen yang tinggi. • Penyiangan atau santisai gulma atau rumput penggangu hal ini bertujuan agar supaya kelembaban berkurang dan tanaman semakin tambah sehat. • Menaman cabe tidak boleh dekat dengan tanaman cabe yang sudah terserang lebih dahulu oleh penyakit Pathek, ataupun tanaman inang lainnya yang telah terinfeksi. • Pengelolaan draenase yang baik dimusim penghujan. Agen hayati yang seing digunakan dalam pengendalian pathek adalah Actinoplanes, Alkaligenes, Agrobacterium dan lainnya. Demikian teknik dan cara pengendalian penyakit pathek pada tanaman cabe merah semoga dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.(mnr)
Minggu, 17 Maret 2013
TEKNIK PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN PADA TANAMAN BAWANG MERAH
Bawang merah ( Alllium ascalonicum L) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak dibutuhkan oleh masyarakat baik untuk konsumsi segar maupun konsumsi olahan sehingga luas pertanamannya semakin bertambah keseluruh wilayah nusantara bahkan sampai ke manca Negara. Dalam rangka peningkatan produksi bawang merah berbagai kendala dihadapi, salah satunya adalah gangguan oleh organisme penggangggu tanaman atau OPT, baik yang berupa serangga hama maupun jamur, bakteri dan nematoda. Organisme pengganggu tanaman utama yang sering menyerang tanaman bawang merah adalah ulat bawang (Spodfoptera exigua), Hama Trip (Trip sp). Layu fusarium, antraknose, trotol (bercak ungu alternaria) a. Hama ulat bawang (spodoptera spp) Gejala serangan ditandai dengan bercak putih transparan pada daun. Ulat berada didalam daun bawang merah. Cara pengendaliannya; • Pengumpulan telur dan ulat lalu dimusnahkan • Pemasangan perangkap kupu untuk kupu /ngengat dengan feromonoid seks ulat bawang atau dengan lampu perangkap sebanyak 40 buah per hektar • Penggunaan agensi hayati seperti Jamur Beauferia, Nemathoda steinernema sp • Apabila intensitas kerusakan daun lebih besar atau sama dengan 5 % per rumpun atau telah ditemukan 1 paket telur per 10 tanaman, maka perlu dilakukan penyemprotan dengan insektisida efektif misalnya Hostathion 40 EC, Cascade 50 EC, Atabron 50 EC atau Florbac. b. Hama Trip (Trips sp) Gejala serangan ditandai dengan adanya bercak putih ber alur pada daun Cara pengendaliannya dengan penyemprotan insektisida efektif, misalnya Mesurol 50 WP atau Pegasus 500 EC c. Penyakit layu Fusarium (moler) ditandai dengan daun bawang merah menguning, daun terpelintir dan pangkal batang membusuk. Jika ditemukan gejala demikian tanaman harus dicabut dan dimusnahkan. d. Penyakit otomatis atau antraknose Gejala serangan, bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan pada bercak tersebut yang menyebabkan daun patah atau terkulai. Untuk mengatasinya semprot dengan fusingisida Daconil 70 WP atau Antracol 70 WP e. Penyakit Trotol (Bercak ungu alternaria). Gejala serangan ditandai dengan bercak putih pada daun dengan titik pusat berwarna ungu. Gunakan fungisida efektif antara lain Antracol 70 Wp, Daconil 70 WP dan lainnya. Dalam mencegah atau memberikan perlindungan tanaman bawang merah sebelum ditanam sebaiknya lahan disemprot dengan jamur/bakteri antagonis( Glioc ladium, Trichodrma, Psudomonas flaurescens). Untuk menekan perkembangan pathogen seperti fusarium, Phytium dan lainnya Demikian teknik pengendalian organisme pengganggu tumbuhan pada tanaman bawang merah semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya. (mnr)
Sabtu, 16 Maret 2013
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA WERENG COKLAT PADA TANAMAN PADI
Wereng batang coklat atau WBC adalah merupakan salah satu OPT penting tanaman padi yang serangannya sering kali mengakibatkan gagal panen atau puso dalam areal yang luas. Hal tersebut didukung oleh sifat hama wereng batang coklat yaitu cepat beradaptasi dan berkembang biak, jangkauan menyebar yang jauh mencapai 250 km dari tempat semula. Dalam penanganan WBC pada umunya masih sangat bertumpu pada penggunaan pstisida kimia sintetik yang mana effektifitas jangka panjangnya kurang berhasil, mengingat adanya dampak WBC menjadi kebal atau resisten, resurjensi sehingga permasalahan penanganan WBC semakin rumit. Memahami hal tersebut untuk mengurangi ketergantungan pada penggunaan pestisida yang serampangan, maka pemerintah mengeluarkan inpres 3 tahun 1986 dan disempurnakan dengan UU no 12 tahun 1992. Bahwa pestisida bukanlah satu-satunya teknik pengendalian, dan apabila digunakan harus dilakukan secara bijaksana. Cara pengendalian WBC Pemantauan secara dini dan pengawalan oleh petugas dan pihak terkait Penyampaian informasi keadaan hama penyakit dan rekomendasi pengendalian secara cepat dan tepat. Peningkatan koordinasi dengan pihak terkait. Penataan pola tanam melalui tanam serentak, rotasi tanam non padi, diberokkan secukupnya untuk memutus siklus hidup WBC Penggunaan agensia hayati (pathogen serangga hama) pada hamparan berpotensi terserang dan populasi WBC masih rendah atau daerah terancam. Penggunaan pestisida secara bijaksana Eradikasi atau pemusnahan pada daerah sumber infeksi. Strategi pengendaliannya. • Tanam serentak. Tanaman serentak atau bersama sama merupakan salah satu syarat pengendalian WBC diareal lahan pertanaman padi, karena WBC merupakan makroptera atau sedrangga bersayap panjang dapat berimigrasi yang tidak dibatasi oleh sungai atau lautan. • Laight Traps atau perangkap lampu Merupakan langkah untuk memonitoring saat penerbangan wereng coklat dipesemaian atau di pertanaman baik makroptera jantan atau betina. Alat ini penting untuk mengetahui kedatangan wereng coklat imigrasi dan dapat untuk memerangkap dalam jumlah yang besar. Melakukan sweeping net, langkah ni untuk mengetahui keadaan WBC di pesemauian, baik nimfa atau imago sebagai langkah pengendalian sebelum ditanam di lahan pertanaman secara luas. Strategi tabur benih pada pesemaian setelah 15 hari puncak migrasi, maka pesemaian hendaknya dilakukan dengan tabur benih setelah puncah imigrasi yang ke dua atau berikutnya. Pengendalain wereng coklat pada generasi 1 ( G1) untuk mengetahui populasi generasi 1 perlu pencatatan waktu migrasi pada genarasi awal (G 0). Karena siklus hidup wereng coklat antara 25-30 hari, maka sudah barang tentu dapat diketahui keberadaan imago di lahan pertanaman. Dengan teknik ini berarti mengendalikan Makroptera G0 dan G1 nimfa. Pengendalian ini harus selesai di G1 atau di G2 pada saat pengendalian G3 sulit untuk berhasil. Pengamatan dan Monitoring Pengamatan atau monitoring 1-2 minggu sekali merupakan langkah mengetaui perkembangan WBC atau musush alami. Penggunaan pestisida secara bijaksana Penggunaan pestisida perlu memperhatikan beberapa factor diantaranya, sebelum saat aplikasi keringkan dulu pertanaman padi. Saat aplikasi insektisida dilakukan pada sat tidak ada empun di areal pertanaman atau dilakukan pukul 8-11, dan dilanjutkan pada sore hari, gunakan pestisida yang terrdaftar yang berbahan aktif imidakkloprid, fipronil, theametoxan, buprofezin dan insektisida butiran. Dengan tepat dosis, tepat cara dan tepat jenisnya. Bilamana penggunaan insektisida kurang mampu menanggulang, maka perlu doble cover yaitu dengan pemakaian granuler melalui akar dan ditambah pula pemakaian agen hayati Pengendalianpenyakit Virus Wereng batang coklat disamping sebagai hama dapat menularkan virus pada tanaman padi yaitu kerdil hampa dan kerdil rumput, dan ternyata penyakit ini belum ada pestisidanyya untuk mengendalikannya. Pengendalian yang dapat dilaksanakan adalah dengan cara eradikasi seawal mungkin gejala yang ditemukan dilapangan dan meminimalkan populasi WBC, bila telah dijumpai gejala serangan virus dengan menggunakan pestisida. Demikian Teknik dan cara Pengendalian Hama Wereng Batang Coklat pada tanaman padi, semoga dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya. (mnr)
Jumat, 15 Maret 2013
TEKNIK PENANGGULANGAN HAMA PENGGEREK BATANG PADI.
Penggerek batang padi adalah salah satu OPT penting tanaman padi dan akibat serangnya mampu mengakibatkan kegagalan atau puso. Gejala kerusakan; ULat penggerek masuk dalam batang tanaman dan makan sehingga mengakibatkan aliran makan dari akar kedaun terputus dan daun yang belum terbuka kelihatan kering, gejala demikian disebut sundep, sedangkan bila serangan terjadi saat tanaman fase primordial maka malai tidak membentuk bulir gabah yang umumnya disebut sebagai beluk Gerjala kerusakan yang terlihat lebih kecil dari kerusakan riil yang telah terjadi. Hasil identifikasiu di lapangan kerusakan sundep atau beluk didominasi oleh penggerek batang padi kuning dan penggerek batang padi putih, kedua jenis penggerek tersebut mempunyai sifat soliter artinya setiap batang padi diserang oleh satu ulat atau larva sehingga kerusakan cepat meluas. Beda kedua jenis penggerek batang tersebut terletak pada sifat ulatnya, ulat penggerek batang padi kuning tidak mempunyai kemampuan berdiapause (ulat yang tidak aktif) tetapi ulat penggerek batang padi putih berdiapause sebelum berubah menjadi pupa. Perkembangan dan sifat penggerek batang padi Kuning • Ngengat atau imago tertarik oleh cahaya, setiap betina dewasa mampu bertelur sebanyak 300-500 butir. Telur diletakkan secara berkelompok dan tiap kelompok berisi 15-25 butir, telur ditutupi dengan bulu-bulu halus yang tersususn seperti genting. Umur telur berkisar 6-8 hari . • Ulat atau larva kecil hidup berkelompok dan selanjutnya menyebar dengan benang-benang halus dan bantuan angin. Periode larva berada dalam batang padi dan akan pindah kebatang lainnya apabila dirasa makanan sudah habis. • Menjelang pupa, ulat menuju pangkal batang padi dan menjadi pupa yang berlangsung 7-10 hari • Imago atau ngengat akan muncul bila sudah mulai ada hujan. Jenis penggerek batang padi tersebut antara lain. Penggerek batang padi kuning Scirpophaga incertulas, penggerek batang padi putih Scirpophaga innotata penggerek batang bergaris Chilo supressales penggerek batang padi hitam Chilo polychrysus Meyrick penggerek batang padi berkilat Chilo auricilius dudgeon penggerek batang padi merah jambu Sesamia inferens Gejala serangan. Gejala tanaman padi terserang pengggerek batang pada stadia vegetative disebut sundep dan pada stadia generative disebut beluk. Cara pengendalian. 1. Pengendalian pola tanam. • Dilakukan penanaman serentak, sehingga tersedianya sumber makanan bagi penggerek batang padi dapat dibatasi • Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi sehingga dapat memutus siklus hidup hama tersebut. • Pengelompokan pesemaian dimaksudkan untuk memudahkan agar supaya pengumpulan telur penggerek secara massal. • Pengaturan waktu tanam yaitu pada awal musim hujan dengan tanaman varietas genjah, dan pada pertenganahan musim hujan dengan tanaman vareietas dalam yang berumur lebih dari 120 hari. 2. Pengendalian secara fisik atau mekanik. • Cara fisik yaitu dengan penyabitan tanaman serendah mungkin sampai permukaan tanah pada saat panen. Usaha itu dapat pula diikuti penggenangan air setingi 10 cm agar jerami atau pangkal jerami cepat membususk, sehingga larva atau pupa bisa mati • Cara mekanik dapat dilakukan dengan mengumpulkan kelompok telur penggerek batang padi di pesemaian dan di pertanaman 3. Pengendalian Hayati • Pemanfaatan musuh alami, baik parasitoid, predator maupun pathogen • Konservasi musush alami dengan cara menghindari aplikasi insektisida secara seprotan. 4. Pengendalian secara kimiawi • Apabila diperlukan sebagai alternative pada fase vegetative penggunaan insektisida dapat dilakukan pada saat ditemukan kelompok telur rata-rata lebih dari satu kelompok telur/ 3m2, atau intensitas serangan rata-rata lebih besar dari 5 %. Bila tingkat parasitisasi kelompok telur pada fase awal vegetative lebih besar dari 50 % maka tidak perlu aplikasi insektisida. • Penggunaan insektisida butiran dipesemaian dengan doisiss 5 kg/500 m2 bila dijumpai kelompok telur. • Penggunaan seks feromon o Dipakai untuk memantau fluktuasi populasi penggerek batang berdasarkan ngengat yang tertangkap. o Dapat dipakai untuk menentukan waktu apalikasi insektisida bila tangkapan foromon sebanyak 100 ekor/ minggu o Dapat dipakai untuk mengendaliukan penggerek batang padi putih, yaitu dengan cara mass trapping atau pengkapan massal dengan menggunakan 10-16 perangkap perhektar. Demikian Teknik dan cara menanggulangi hama penggerek batang padi semoga dapat bermanfaat bagi yang membutuhkannya. (mnr)
Senin, 11 Maret 2013
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA LALAT BUAH
Tanaman buah-buahan termasuk kedalam jenis tanaman hortikultura, tanaman ini merupakan andalan masyarakat Indonesia baik sebagai sumber bahan pangan maupun sebagai devisa. Buah-buhan merupakan unsur makanan yang harus selalu tersedia dalam menu makanan kita, karena tanpa adanya buah-buhan maka menu makanan kita belum dianggap sebagai makanan yang memenuhi standard empat sehat lima sempurna. Dalam budidaya tanaman buah-buahan yang meliputi lima aspek yang harus diterapkan biasa dikenal dengan panca usaha tani yang salah satunya adalah pengendalian hama dan penyakit tanaman. Jadi walaupun empat aspek yang lain kita terapkan dengan sebaik-baiknya dalam budidaya tanaman yang meliputi Penggunaan benih unggul, pengolahan tanah, pemupukan, pengairan, akan tetapi apabila pengendalian hama penyakit kita abaikan maka usaha tani kita akan mengalami kegagalan. Dengan adanya hal tersebut melalui tulisan ini kami akan membahas pengendalian hama lalat buah. Lalat buah adalah termasuk kedalam ordo Heksapoda atau hewan berkaki enam merupakan salah satu jenis serangga hama yang sangat penting, pada beberapa jenis buah-buahan merupakan hama utama. Hal Ini disebabkan lalat buah dapat mengakibatkan kerugian kualitatif maupun kuantitaif yang sangat besar . Kehidupan lalat buah dipengaruhi oleh banyak factor, diantaranya, factor suhu, kelembababan dan ketersediaan inang. Ketiga factor tersebut cukup tersedia didaerah tropis, sehingga menguntungkan bagi perkembangan populasi hama lalat buah tersebut. Klasifikasi Lalat buah Dalam sistematika binatang, lalat buah termasuk kedalam Filum Arthopoda, Kelas Serangga, Ordo Diptera, Sub Ordo Cylorrhapha, family Tephritidae. Lalat buah memiliki tubuh yang berbuku-buku dan memiki tiga bagian utama yaitu, Kepala Thorak (rongga dada) dan abdomen (rongga perut). Lalat ini pada umunya hanya memiliki dua sayap makanya sering juga disebut diptera, serangga ini hidupnya mengalami metamorfosa sempurna (holometabola) yaitu fase telur, fase larva, fase pupa dan imago atau dewasa Adapun teknik dan cara pengendalian: Ada beberapa cara yang sering dilakukan dalam pengendalian hama lalat buah ini antara lain; a. Pengendalian secara mekanik. Pengendalian secara mekanik yaitu pengendalian hama dengan jalan menangkap dan membunuhnya, umumnya buah-buhan yang terserang hama lalat buah ini dikumpulkan dan selanjutnya dipendam atau dikubur dalam tanahs ehiungga siklus hidup dari hama lalat buahbisa terputus. Atau bisa juga dilakukan dengan cara memblongsong buah-buhan selagi buah masih hijau dengan menggunakan kertas atau plastic. b. Pengendalian secara kultur teknik. Yaitu pengendalian hama dengan cara-cara yang berhubungan dengan budidaya tanaman, antara lain meliputi; Pemanenan buah selagi buah masih hijau atau sebelum buah masak dipohon, mengatur draenase dan aerase tanah, sehingga pupa dari hama lalat buah tersebut mati didalam tanah. c. Pengendalian secara hayati atau alami Yaitu pengendalian hama dengan menggunakan musuh alami. seperti predator atau pemangsa dan parasitoid. Untuk pengendalian hama lalat buah ini biasanya menggunakan predator tawon, semit. Cocopet atau kumbang tanah. Sedangkan parasitnya menggunakan parasitoid. d. Pengendalioan secara kimiawi Yaitu pengendalian hama dengan menggunakan bahan-bahan kimiai seperti Insektisida, adapun bahan kimia yang digunakan untuk pengendalian hama lalat buah ini biasanya dilalkukan dengan cara memikat atau mengundang lalat buah, sehingga lalat buah masuk kedalam perangkap . Adapun bahan yang sering digunakan dan ternyata sangat efektif yaitu menggunakan Methyl Euggenol yaitu bahan kimia yang memiliki aroma khas seperti bau minyak cengkeh. cara pengendaliannya yaitu dengan menetesekan Methyl Euggenol pada secarik kapas dan dimasukkan kedalam botol plastic perangkap yang sebelumnya telah dilubangi. Dengan adanya aroma yang disenangi oleh lalat buah akhirnya lalat buah tersebut ramai ramai masuk kedalam botol perangkap. akan tetapi dia tidak bisa keluar dan terperangkaplah dia didalam botol plastik tersebut. Setelah jumlahnya banyak lalat buah dapat dibunuh atau dimusnahkan akan tetapi kadang kala lalat itu akan mati dengan sendirinya didalam perangkap tersebut. Demikian sekilas teknik pengendalian hama lalat buah semoga dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya(mnr)
Kamis, 07 Maret 2013
MANFAAT PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADA PADI SAWAH
Permasalahan ; • Petani belum tahu secara jelas tentang maksud dan tujuan dari Program Pengelolaan Tanaman Terpadu pada tanaman padi sawah • Menyangkut apa saja Program Pengelolaan Tanaman Terpadu padi sawah yang dilaksanakan oleh kelompok tani • Apa manfaat dari Program Pengelolaan Tanaman Terpadu padi sawah dan bagaimana cara pelaksanaan dan pengelolaannya. 1. Pemecahan Masalah. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan program pemerintah guna meningkatkan produksi padi secara nasional melalui suatu paket teknologi yang sesuai dan dipilih sendiri oleh petani disertai pendekatan dalam pemecahan masalah dengan bantuan penyuluh pertanian. Pengelolaan tanaman terpadu merupakan suatu usaha untuk meningkatkan hasil padi dan efisiensi input produksi dengan memperhatikan penggunaan sumberdaya alam secara bijak. Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) didasarkan pada empat Prinsip Yaitu: 1. PTT bukan merupakan teknologi maupun paket teknologi, tetapi merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman, lahan dan air dapat dikelola sebaik-baiknya 2. PTT memanfaatkan teknologi pertnaian yang sudah dikembangkan dan diterapkan dengan memperhatikan unsur keterkaitan sinergis antar teknologi 3. PTT memeperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisisk maupun sosial ekonomi petani 4. PTT bersifat partisipatif yang berarti petani turut serta menguji dan memilih teknologi yang sesuai dengan keadaan setempat dan kemapuan petani melalui proses pembelajaran. Tujuan dari penerapan PTT adalah untuk meningkatkan pendapatan petani melalui penerapan yang cocok untuk kondisi setempat yang dapat meningkatkan hasil gabah dan mutu beras serta menjaga kelestarian lingkungan. Adapun dalam penerapan PTT pertama tidak lagi dikenal rekomendasi untuk diterapkan secara nasional, yang kedua Petani secara bertahap dapat memilih komponen teknologi yang paling sesuai dengan keadaan setempat dan kemampuan petani, yang ketiga Efisiensi biaya produksi lebih diutamakan dan yang ke empat bahwa suatu teknologi saling menunjang dengan teknologi yang lain. Demikian penjelasan tentang Progran Pengeloaan tanaman Terpadu yang merupakan program pemerintah untuk peningkatan produksi beras secara nasional, semoga dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya.(mnr)
Jumat, 22 Februari 2013
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA TERPADU KUMBANG NYIUR
Kumbang nyiur atau wangwung adalah merupakan hama yang ada sepanjang tahun, gejala serangannya adala bahwa Bekas serangan hama kumbang nyiur pada tanaman kelapa dapat dilihat dari adanya daun-daun yang terpotong-potong berbentuk segitiga atau berbentuk kipas. Bagian yang terserang adalah pucuk pohon atau pangkal daun muda, yaitu bagian tanaman yang banyak mengandung zat atau cairan bergizi dan apabila tanaman kelapa terserang pada titik tumbuhnya tanaman bias mengalami kematian. Selama hidupnya kumbang nyiur mengalami empat fase yaitu : - Telur kurang lebih 12 hari - Larva 8-16 minggu - Pupa atau kepompong 2-4 minggu - Imago atau dewasa 6-10 minggu. Umumnya setelah berumur 28 hari, kumbang nyiur baru bisa terbang untuk mencari makanan, sehingga siklus hidup kumbang nyiur dari telur hingga dewasa memerlukan waktu selama 4-6 bulan. Cara Pengendalian Hama terpadu Hama wangwung. Pengendalian hama terpadu tanaman kelapa adalah upaya pengendalian yang dilaksanakan dengan mengutamakan prinsip-prinsip yang berwawasan lingkungan, sehingga diperoleh kesimbangan antara hama dan musuh alami. Dengan cara ini kelestarian lingkungan baik biotik maupun abiotik dapat terpelihara dengan baik dan produksi kelapa pun diharapkan dapat meningkat. Kegiatan Utama Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kelapa. Pelaksanaan pengendalian Hama Terpadu tanaman kelapa adalah merupakan kombinasi dari pengendalian hama yang sudah berjalan selama ini, hanya penekanannya yaitu bahwa pengendalian hama terpadu harus menyangkut beberapa aspek antara lain : 1. Berwawasan lingkungan 2. Menjaga keseimbangan antara hama dan musuh alami. 3. Penggunaan pestisida merupakan alteranif terakhir. Jadi pelaksanaan pengendalian hama terpadu pada prinsipnya mengutamakan pencegahan dan pengamatan dini sebelum terjadi adanya serangan hama. Kegiatan Utama Pengendalian hama terpadu. 1. Membersihkan Mahkota daun. Membersihkan mahkota daun merupakan kegiatan pokok, pada kegiatan ini seluruh kotoran yang berupa sisa seludang, bekas guguran bunga maupun ijuk yang ada harus dibersihkan, sehingga mahkota daun menjadi bersih yang dapat mencegah antara lain : > Bebas hama tupai, tikus atau hama lainnya. > Bebas dari penyakit rontok buah dan penyakit busuk pucuk, karena kelembaban mahkota daun dapat terkendali. 2. Sanitasi Lingkungan. Rumput-rumput yang tumbuh disekitar pohon atau kebun harus dibersihkan, begitu pula sissa-sisa penggilingan tebu, tumpukan jerami, tumpukan pupuk kandang harus juga dibersihkan, Karena tempat inilah yang banyak digunakan sebagai sarang bagi kumbang nyiur untuk meletakkan telurnya dan berkembang biak disana hingga dewasa. 3. Pengendalian secara Hayati atau Biologis. Pengendalian secara hayati atau biologis yaitu pengendalian hama dengan menggunakan mahluk hidup, baik berupa predator maupun parasit. Contoh pengendalian dengan predator misalnya dengan menggunakan burung hantu yang dapat memakan hama tikus maupun tupai yang sering merusak tanaman kelapa. 4. Pemeliharaan tanaman Hal ini untuk mendapatkan tanaman yang sehat dan kuat, yaitu dengan perawatan secara rutin dan intensif, diadakan pemupukan berimbang serta harus memperhatikan prinsip lima tepat dalam pemupukan yaitu; Tepat jenis, Tepat Dosis, Tepat waktu, Tepat cara dan tepat tempat. 5. Pengendalian secara kimiawi Pengendalian secara kimiawi adalah merupakan alternative terakhir atau pamungkas hal ini dilakukan apabila pengendalian dengan cara lain sudah diupayakan, akan tetapi belum berhasil, maka pengendalian secara kimiawi inilah baru diterapkan, inipun harus dilakukan dengan penuh pertimbangan. Adapun dalam pengendalian secara kimiawi jenis pestisida yang dipergunakan ada tiga jenis yaitu ; a. Pestisida berbentuk Cairan ( EC ) b. Pestisida yang berbentuk butiran ( G ) c. Pestisida Berbentuk Puder ( SP ) Contoh pengendalian hama tanaman kelapa dengan pestisida untuk hama yang sifatnya ekplosif misalnya hama Artona Xatoksanta yaitu dengan jalan menyuntikkan pestisida sistemik kedalam batang tanaman kelapa dengan konsentrasi 100 %. caranya batang pohon kelapa dibor terlebih dahulu sedalam 10-15 cm dengan kemiringan tertentudan kemudian masukkan larutan insektisida tersebut sebanyak 10 cc/ pohon. kemudian lubang tersebut ditutup dengan lilin atau kayu. Dalam waktu sekitar 24 Pukul insektisida tersebut sudah menyebar keseluruh jaringan tanaman. Selanjutnya insektisida tersebut akan aktif sampai dengan waktu satu bulan kedepan. Adapun untuk pestisida yang berbentuk Granuler atau butiran caranya diberikan pada mahkota daun mulai dari daun yang teratas sampai dengan tujuh pelepah daun dibawahnya. Dengan dosis 5-10 gram/ pohon. Perlakuan ini untuk pengendalian hama kumbang nyiur atau wangwung Demikian teknik dan cara pengendalian hama terpadu kumbang nyiur semoga bermanfaat bagi yang memerlukan.(mnr)
Kamis, 21 Februari 2013
TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN KELAPA SERTA UPAYA PENGENDALIANNYA
Sejak zaman dahulu kala kelapa telah ditanam dan merupakan bahan makanan yang tumbuh sebagai tanaman pekarangan. Di Indonesaia tanaman kelapa terdapat diseluruh propinsi. Di daerah padat penduduknya seperti di Pulau Jawa dan Pulau Bali, kelapa lebih banyak ditanam sebagai tanaman pekarangan, akan tetapi di daerah luar Pulau Jawa dan Bali tanaman kelapa ditanam secara monokultur pada perkebunan kelapa. Selain itu tanaman kelapa ditanam di daerah pasang surut seperti di Propinsi Riau, Jambi dan Kalimantan Barat. Di Indonesia kelapa merupakan sumber lemak nabati yang utama yaitu berkisar antara 50-70 % dari seluruh kebutuhan konsumsi lemak. Diperkirakan lebih dari satu juta penduduk Indonesia mempunyai nafkah secara langsung dari usaha kelapa. Karena penyebarannya yang merata di seluruh tanah air, maka dapat dikatakan bahwa peranan sosialnya menempati urutan kedua sesudah tanaman padi. Sumbangan komoditas kelapa terhadap Gross National Produk ( GNP ) sebesar 2 %. ( Anonim 1985). Konsumsi kelapa di Indonesia setiap tahunnya selalu meningkat sebesar 4,9 %. Peningkatan ini sesuai dengan pertambahan penduduk dan konsumsi perkapita penduduk Indonesia. Dilain pihak tingkat produksi kelapa setiap tahunnya hanya 3,9 % sehingga untuk menutupi kekurangannya sejak tahun 1980 konsumsi minyak gorerng perlu ditambah dari minyak kelapa sawit sebesar 750.000 ton pertahun ( Anonim 1985). Budidaya tanaman kelapa pada lahan pekarangan bertujuan untuk memperoleh tanaman kelapa yang berpotensi produk tinggi dan cepat menghasilkan, juga untuk merangsang dan menggerakkan petani menanam kelapa di pekarangan. TEKNIK BUDIDAYA Syarat tumbuh tanaman kelapa adalah sebagai berikut : • Curah hujan minimal 1500 mm/tahun, tersebar merata dan musim kering tidak lebih dari 5 bulan. • Suhu rata-rata optimum berkisar 27 -28 derajat celcius. • Kebutuhan sinar matahari • Kebutuhan sinar matahari dala setahun + 200 jam penyinaran , atau Sekurangnya 120 jam penyinaran sebulan. • Tinggi tempat tidak lebih dari 400 meter dari permukaan laut dengan kelembaban berkisar 80 % - 90 % . • Keadaan angin yang bertiup tidak boleh terlampau keras • Tanaman kelapa dapat tumbuh pada berbagai macam tekstur tanah asalkan mempunyai draenase dan aerasi baik dengan pH tanah berkisar antara 5-8 Adapun teknik budidaya kelapa umumnya melalui 3 tahapan yaitu pesemaian , pembibitan , penanaman dan pemeliharaan PESEMAIAN. Pesemaian dapat dilakukan pada tanah pekarangan. Pada bedeng pesemaian seluas 1 meter persegi dapat disemai sebanyak 30 butir kelapa. Agar benih yang disemaikan dapat tumbuh dengan baik, diperlukan beberapa persyaratan teknis yaitu : 1. Lokasi Pesemaian. Lokasi harus dekat dengan sumber air, agar memudahkan penyiraman terutama pada musim kemarau. Tanah diolah dengan garpu atau cangkul sedalam 30cm -40 cm kemudian dibuat bedengan. 2. Seleksi benih dan pelaksanaannya Seleksi benih, Sebelum disemaikan benih kelapa harus diseleksi yang didasarkan pada ciri-ciri sebagai berikut: Bentuk benih bulat atau bulat lonjong Benih berasal dari buah yang masak, berwarna coklat dan kandungan air cukup. Buah mempunyai bobot yang berat. Keadaan kulit buah , licin serta tidak ada tanda-tanda serangan hama dan penyakit. Sebaiknya benih yang akan disemaikan telah mengalami penyimpanan selama 1 bulan dihitung setelah tanggal petiknya. Pelaksanaan. Penyayatan( cutting) Sebelum benih disemaikan, lakukan penyayatan pada tonjolan didepan/ berseberangan dengan sisi terlebar. Lebar sayatan + 5 cm, jangan terlalu lebar dan terlalu dalam serta jangan melewati kelopak atau mengenai tempurungnya Tujuan dari penyayatan adalah : - Memudahkan masuknya air kedalam sabut - Memudahkan pemeriksaan kejenuhan air yang diserap sabut pada waktu penyiraman - Memudahkan dan menyeragamkan pertumbuhan tunas. Pengecambahan/ Pendederan Tanah tempat pengecambahan digemburkan. Bila di inginkan, benih sebelum didederkan dapat dicelupkan kedalam larutan insektisida Azodrin 60 EC dengan konsentrasi 0,1 % selama 2 menit. Buah kelapa ditanam agak miring ( 15 %) berderet saling bersinggungan. Bidang sayatan menghadap keatas dengan arah yang sama. bagian yang tertimbun tanah 2/3 bagian buah. Bagian sayatan, sabut serta lembaga tidak boleh tertimbun tanah. Ruangan diantara bibit harus ditimbun dengan tanah sampai padat. Pemeliharaan meliputi penyiangan, pengaturan draenase dan penyiraman. Penyiraman selama musim kemarau dilakukan pagi dan sore sebanyak 4-6 liter permeter persegi setiap hari. Seleksi bibit di Pesemaian. Bibit atau cikal dapat dipindahkan ke pembibitan bila tunas sudah keluar dan mencapai panjang 3-5 cm (berumur kurang lebih 2 minggu ). Sebelum dipindahkan bibit harus diseleksi dahulu untuk memperoleh bibit yang baik dan bermutu. Pembibitan. 1) Untuk memperoleh hasil pembibitan yang baik, digunakan polybag berkuran panjang 40 cm, lebar 50 cm, tebal 0,2 mm. sebelum digunakan polybag diberi lubang dengan diameter 0,5- 1 cm dengan jumlah lubang 36 -48 buah. 2) Tanah untuk mengisi polybag adalah tanah lapisan atas ( top soil ) yang telah digemburkan. Bentuk kantong setelah diisi tanah harus silindris dan bila diletakkan datas tanah harus berdiri tegak lurus. Pengisis polybag, sampai leher kecambah berada dalam satu garis dengan permukaan tanah. 3) Jarak tanam bibit dihitung dari jarak kecambah dalam kantong polybag dengan kecambah dalam polybag berikutnya, adapun jarak antar polybag disesuakan dengan keadaan, dijaga agar antar daun tidak saling bersingungan. 4) Pemeliharaan bibit. a. Penyiraman dilakukan pagi dan sore hari sebanyak 1 liter air per polybag b. Pemupukan dilakukan 1 bulan sekali dengan dosis Urea : 10 Gram, TSP: 10 gram KCl 15 dan Kiserit 10 Gram. Penanaman dan Pemeliharaan. 1. Lokasi penanaman. Lokasi penanaman harus pada tempat yang terbuka ( cukup sinar matahari) dan jarak dari tanaman tahunan lainnya minimal 9 meter dari pokok tanaman. Tanah harus bersih dari sisa tanaman, rumput dan alang-alang. 2. Pembuatan lubang tanaman. - Digali lubang tanaman dengan ukuran 60x60x60 cm - Tanah galian bagian atas ( top soil ) diletakkan disebelah kanan lubang dan tanah galian bagian bawah diletakkan disebelah kiri lubang. - Lubang tanaman dibuat sekurang-kurangnya 1 bulan sebelum penanaman - Jarak tanam sebaiknya 9x9 meter - Pada tanah miring sebaiknya menggunakan sisitim kontur dan daerah pasang surut disesuaikan dengan kondisi tempat . 3. Penanaman. • Penanaman dilakukan pada saat awal musim hujan dan curah hujan mencapai 150 mm pada bulan sebelum penanaman . • Pengangkutan bibit dalam kantong polybag harus hati-hati, agar kantong plastic tidak sobek atau pecah. • Dasar lubang ditimun dengan tanah galian, bagian atas yang sudah dicampur 250 gram TSP dan pupuk kandang secukupnya. Tinggi timbunan tanah dasar lubang, adalah dalamnya lubang tanaman dikurangi tinggi tanah dalam kantong palstik ditambah 10 cm. • Dasar kantong plastic dipotong dengan pisau dari samping dan dibuka. tanaman dimasukkan kedalam lubang tanamn dengan posisi tepat dan tegak lurus pada waktu memasukkan bibit, telapak tangan memegang dasar kantong plastic. • Bagian lubang sekitar tanaman diisi dengan tanah bagian atas 2/3 tinggi kantong. Polybag dibuka pada dua tempat dengan pisau panjang, kemudian ditarik keluar. Selanjutnya lubang ditutup dengan tanah bagian atas dan tanah disekitar lubang tanaman. Tanah di sekelilingnya selebar 100 cm dari lubang tanaman dibuat melandai kearah permukaan tanah sekitar lubang. • Dibuat bedengan tanaman kelapa dengan jarak 100 cm untuk mencegah air hujan masuk kedaerah leher batang. 4. Pemeliharaan a) Bobokor/ merumput Tanah disekeliling pangkal batang dibersihkan/ disiangi baik secara manual maupun kimiawi dengan lebar piringan pohon tergantung kapada lebar tajuk dan atau menurut umur tanaman. b) Pemupukan. Pada saat penanaman, setiap lubang tanam diberi 250 pupuk NPK Setelah tanaman berumur 1 bulan diberi 100 gram Urea secara menyebar pada jarak kurang lebih 15 cm dari pangkal batang. Untuk tanaman yang belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM) pemakaian pupuk dilakukan 2 kali dalam setahun yaitu pertama pada saat akhir musim hujan dan yang kedua pada awal musim hujan. c) Pembumbunan. Tanaman kelapa yang telah menghasilkan sewaktu-waktu perlu dibumbun. Tujuannya untuk merangsang pertumbuhan akar pada daerah pembumbunan, sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman baik. Pengendalian Hama Penyakit. Kerusakan tanaman kelapa yang disebabkan oleh hama kumbang nyiur ( oryctes rhinoceros.L ) cukup besar, hal ini menimbulkan kerugian yang sangat besar, namun ada kalanya petani tidak menyadari dampak dari serangan ini. Padahal kerugian yang ditimbulkan bukan hanya dirasakan oleh petani saja, akan tetapi dirasakan juga oleh Pemerintah. Kumbang nyiur atau wangwung ini ternyata tidak hanya menyerang tanaman kelapa di daerah Kabupaten Rembang saja, akan tetapi merupakan hama tanaman kelapa yang banyak merugikan di daerah-daerah seluruh Jawa Tengah. Hama ini merupakan hama yang selalu ada sepanjang tahun dan dapat menurunkan produksi kelapa, dan pada tingkatan yang drastis dapat menimbulkan kematian pada tanaman kelapa. Gejala serangan Bekas serangan hama kumbang nyiur pada tanaman kelapa dapat dilihat dari adanya daun-daun yang terpotong–potong berbentuk segitiga atau berbentuk kipas. Bagian yang terserang adalah pucuk pohon atau pangkal daun muda, yaitu bagian pohon yang banyak mengandung cairan bergizi dan apabila tanaman kelapa terserang pada titik tumbuhnya tanaman bisa mati. Selama hidupnya kumbang nyiur mengalami empat fase yaitu : - Telur kurang lebih 12 hari - Larva 8-16 minggu - Pupa atau kepompong 2-4 minggu - Imago atau dewasa 6-10 minggu. Umumnya setelah berumur 28 hari, kumbang nyiur baru bisa terbang untuk mencari makanan, sehingga siklus hidup kumbang nyiur dari telur hingga dewasa memerlukan waktu selama 4-6 bulan. Kalau kita menengok kebelakang kira-kira pada tahun delapan puluhan, terlihat bahwa disepanjang pantai utara Kabupaten Rembang masih nampak adanya pohon nyiur yang melambai-lambai. Namun pada millennium ketiga ini, nampaknya lambaian nyiur itu sudah tak nampak lagi, kemanakah gerangan perginya nyiur yang selalu melambai-lambai itu… ? Dengan melihat kondisi semacam ini kita merasa prihatin dan terdorong untuk peduli terhadap upaya peningkatan produksi tanaman kelapa di Kabupaten Rembang dengan cara membudidayakan Tanaman kelapa serta upaya Pengendalian Hama Penyakitnya atau yangt dikenal dengan istilah pengendalian Hama Terpadu. I. Tujuan Pengendalian Hama terpadu. Pengendalian hama terpadu tanaman kelapa adalah upaya pengendalian yang dilaksanakan dengan mengutamakan prinsip-prinsip yang berwawasan lingkungan, sehingga diperoleh kesimbangan antara hama dan musuh alami. Dengan cara ini kelestarian lingkungan baik biotik maupun abiotik dapat terpelihara dengan baik dan produksi kelapa pun diharapkan dapat meningkat. II. Kegiatan Utama Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kelapa. Pelaksanaan pengendalian Hama Terpadu tanaman kelapa adalah merupakan kombinasi dari pengendalian hama yang sudah berjalan selama ini, hanya penekanannya yaitu bahwa pengendalian hama terpadu harus menyangkut beberapa aspek antara lain : 1. Berwawasan lingkungan 2. Menjaga keseimbangan antara hama dan musuh alami. 3. Penggunaan pestisida merupakan alteranif terakhir. Jadi pelaksanaan pengendalian hama terpadu pada prinsipnya mengutamakan pencegahan dan pengamatan dini sebelum terjadi adanya serangan hama. Kegiatan Utama Pengendalian hama terpadu. 1. Membersihkan Mahkota daun. Membersihkan mahkota daun merupakan kegiatan pokok, pada kegiatan ini seluruh kotoran yang berupa sisa seludang, bekas guguran bunga maupun ijuk yang ada harus dibersihkan, sehingga mahkota daun menjadi bersih yang dapat mencegah antara lain : a. Bebas hama tupai atau bajing, tikus serta hama lainnya. b. Bebas dari penyakit rontok buah dan penyakit busuk pucuk, karena kelembaban mahkota daun dapat terkendali. 2. Sanitasi Lingkungan. Rumput-rumput yang tumbuh disekitar pohon atau kebun harus dibersihkan, begitu pula sissa-sisa penggilingan tebu, tumpukan jerami, tumpukan pupuk kandang harus juga dibersihkan, Karena tempat inilah yang banyak digunakan sebagai sarang bagi kumbang nyiur untuk meletakkan telurnya dan berkembang biak disana hingga dewasa. 3.. Pengendalian secara Hayati atau Biologis. Pengendalian secara hayati atau biologis yaitu pengendalian hama dengan menggunakan mahluk hidup, baik berupa predator maupun parasit. Contoh pengendalian dengan predator misalnya dengan menggunakan burung hantu yang dapat memakan hama tikus maupun tupai yang sering merusak tanaman kelapa. 4. Pemeliharaan tanaman Hal ini untuk mendapatkan tanaman yang sehat dan kuat, yaitu dengan perawatan secara rutin dan intensif, diadakan pemupukan berimbang serta harus memperhatikan prinsip lima tepat dalam pemupukan yaitu; Tepat jenis, Tepat Dosis, Tepat waktu, Tepat cara dan tepat tempat. 5. Pengendalian secara kimiawi Pengendalian secara kimiawi adalah merupakan alternative terakhir atau pamungkas hal ini dilakukan apabila pengendalian dengan cara lain sudah diupayakan, akan tetapi belum berhasil, maka pengendalian secara kimiawi inilah baru diterapkan, inipun harus dilakukan dengan penuh pertimbangan. Adapun dalam pengendalian secara kimiawi jenis pestisida yang dipergunakan ada tiga jenis yaitu ; 1. Pestisida berbentuk Cairan ( EC ) 2. Pestisida yang berbentuk butiran ( G ) 3. Pestisida Berbentuk Puder ( SP ) Contoh pengendalian hama tanaman kelapa dengan pestisida untuk hama yang sifatnya ekplosif misalnya hama Artona Xatoksanta yaitu dengan jalan menyuntikkan pestisida sistemik kedalam batang tanaman kelapa dengan konsentrasi 100 %. caranya batang pohon kelapa dibor terlebih dahulu sedalam 10-15 cm dengan kemiringan tertentudan kemudian masukkan larutan insektisida tersebut sebanyak 10 cc/ pohon. kemudian lubang tersebut ditutup dengan lilin atau kayu. Dalam waktu sekitar 24 jam insektisida tersebut sudah menyebar kesluruh jaringan tanaman. Selanjutnya insektisida tersebut akan akan aktif sampai dengan waktu satu bulan kedepan. Adapun untuk pestisida yang berbentuk Granuler atau butiran caranya diberikan pada mahkota daun mulai dari daun yang teratas sampai dengan tujuh pelepah daun dibawahnya. Dengan dosis 5-10 gram/ pohon. Perlakuan ini untuk pengendalian hama kumbang nyiur atau wangwung Sedangkan untuk pestisida dalam bentuk tepung atau puder, caranya pestisida dilarutkan terlebih dahulu dengan air dengan dosis dan konsentrasi tertentu, barulah setelah itu disemprotkan dengan menggunakan Hand sprayer kebagian tajuk kelapa yang terserang hama/ penyakit. Pestisida jenis ini biasanya untuk pengendalian Hama Brontespha yang banyak menyerang pada seludang kelapa, sehingga terjadi kegagalan dalam pembuahan kelapa yang mengakibatkan kerugian pada petani. Demikian teknik Budidaya tanaman kelapa di Tanah Pekarangan serta upaya pengendalian hama penyakitnya, semoga tulisan dapat bermanfaat bagi masyarakat membutuhkannya.
Rabu, 20 Februari 2013
TEKNIK PENGENDALIAN HAMA TERPADU TANAMAN KELAPA
I. Latar belakang Kerusakan tanaman kelapa yang disebabkan oleh serangan hama dan penyakit tanaman kelapa di Kabupaten Rembang khususnya yang disebabkan oleh hama kumbang nyiur (oryctes rhinoceros.L) cukup besar, hal ini menimbulkan kerugian yang sangat besar, namun ada kalanya petani tidak menyadari dampak dari serangan ini. Padahal kerugian yang ditimbulkan bukan hanya dirasakan oleh petani saja, akan tetapi dirasakan juga oleh Pemerintah. Kumbang nyiur atau wangwung ini ternyata tidak hanya menyerang tanaman kelapa di daerah Kabupaten Rembang saja, akan tetapi merupakan hama tanaman kelapa yang banyak merugikan di daerah-daerah seluruh Jawa Tengah. Hama ini merupakan hama yang selalu ada sepanjang tahun dan dapat menurunkan produksi kelapa, dan pada tingkatan yang drastis dapat menimbulkan kematian pada tanaman kelapa. Gejala serangan Bekas serangan hama kumbang nyiur pada tanaman kelapa dapat dilihat dari adanya daun-daun yang terpotong–potong berbentuk segitiga atau berbentuk kipas. Bagian yang terserang adalah pucuk pohon atau pangkal daun muda, yaitu bagian pohon yang banyak mengandung cairan bergizi dan apabila tanam,an kelapa terserang pada titik tumbuhnya tanaman bisa mati. Selama hidupnya kumbang nyiur mengalami empat fase yaitu : - Telur kurang lebih 12 hari - Larva 8-16 minggu - Pupa atau kepompong 2-4 minggu - Imago atau dewasa 6-10 minggu. Umumnya baru setelah berumur 28 hari, kumbang nyiur baru bisa terbang untuk mencari makanan, sehingga siklus hidup kumbang nyiur dari telur hingga dewasa memerlukan waktu selama 4-6 bulan. Kalau kita menengok kebelakang kira-kira pada tahun delapan puluhan, terlihat bahwa disepanjang pantai utara Kabupaten Rembang masih nampak adanya pohon nyiur yang melambai-lambai. Namun pada millennium ketiga ini, nampaknya lambaian nyiur itu sudah tak nampak lagi, kemanakah gerangan perginya nyiur yang selalu melambai-lambai itu… ? Dengan melihat kondisi semacam ini kita merasa prihatin dan terdorong untuk peduli terhadap upaya peningkatan produksi tanaman kelapa di Kabupaten Rembang dengan cara Pengendalian Hama Secara Terpadu Pada Tanaman Kelapa Secara Benar II. Tujuan Pengendalian Hama terpadu. Pengendalian hama terpadu tanaman kelapa adalah upaya pengendalian yang dilaksanakan dengan mengutamakan prinsip-prinsip yang berwawasan lingkungan , sehingga diperoleh kesimbangan antara hama dan musush alami . Dengan cara ini kelestarian lingkungan baik biotik maupun abiotik dapat terpelihara dengan baik dan produksi kelapa pun diharapkan dapat meningkat. III. Kegiatan Utama Pengendalian Hama Terpadu Tanaman Kelapa. Pelaksanaan pengendalian Hama Terapdu tanaman kelapa adalah merupakan kombinasi dari pengendalian hama yang sudah berjalan selama ini, hanya penekanannya yaitu bahwa pengendalian hama terpadu harus menyangkut beberapa aspek antara lain : 1. Berwawasan lingkungan 2. Menjaga keseimbangan antara hama dan musuh alami. 3. Penggunaan pestisida merupakan alteranif terakhir. Jadi pelaksanaan pengendalian hama terapdu pada prinsipnya mengutamakan pencegahan dan pengamatan dini sebelum terjadi adanya serangan hama. IV. Kegiatan Utama Pengendalian hama terpadu. 1. Membersihkan Mahkota daun. Membersihkan mahkota daun merupakan kegiatan pokok, pada kegiatan ini seluruh kotoran yang berupa sisa seludang, bekas guguran bunga maupun ijuk yang ada harus dibersihkan, sehingga mahkota daun menjadi bersih yang dapat mencegah antara lain : a. Bebas hama tupai atau bajing , tikus serta hama lainnya. b. Bebas dari penyakit rontok buah dan penyakit busuk pucuk, karena kelembaban mahkota daun dapat terkendali. 2. Sanitasi Lingkungan. Rumput-rumput yang tumbuh disekitar pohon atau kebun harus dibersihkan, begitu pula sissa-sisa penggilingan tebu, tumpukan jerami, tumpukan pupuk kandang harus juga dibersihkan, Karena tempat inilah yang banyak digunakan sebagai sarang bagi kumbang nyiur untuk meletakkan telurnya dan berkembang biak disana hingga dewasa. 3.. Pengendalian secara Hayati atau Biologis. Pengendalian secara hayati atau biologis yaitu pengendalian hama dengan menggunakan mahluk hidup, baik berupa predator maupun parasit. Contoh pengendalian dengan predator misalnya dengan menggunakan burung hantu yang dapat memakan hama tikus maupun tupai yang sering merusak tanaman kelapa. 4. Pemeliharaan tanaman Hal ini untuk mendapatkan tanaman yang sehat dan kuat, yaitu dengan perawatan secara rutin dan intensif, diadakan pemupukan berimbang serta harus memperhatikan prinsip lima tepat dalam pemupukan yaitu; Tepat jenis, Tepat Dosis , Tepat waktu, Tepat cara dan tepat tempat. 5. Pengendalian secara kimiawi Pengendalian secara kimiawi adalah merupakan alternative terakhir atau alternative pamungkas apabila pengendalian dengan cara lain sudah diupayakan, akan tetapi belum berhasil, maka pengendalian secara kimiawi inilah barulah diterapkan, dan inipun harus dilakukan dengan penuh pertimbangan. Adapun dalam pengendalian secara kimiawi jenis pestisida yang dipergunakan ada tiga jenis yaitu ; 1. Pestisida berbentuk Cairan ( EC ) 2. Pestisida yang berbentuk butiran ( G ) 3. Pestisida Berbentuk Puder ( SP ) Contoh pengendalian hama tanaman kelapa dengan pestisida untuk hama yang sifatnya ekplosif misalnya hama Artona Xatoksanta yaitu dengan jalan menyuntikkan pestisida sistemik kedalam batang tanaman kelapa dengan konsentrasi 100 %. caranya batang pohon kelapa dibor terlebih dahulu sedalam 10-15 cm dengan kemiringan tertentudan kemudian masukkan larutan insektisida tersebut sebanyak 10 cc/ pohon. kemudian lubang tersebut ditutup dengan lilin atau kayu. Dalam waktu sekitar 24 jam insektisida tersebut sudah menyebar kesluruh jaringan tanaman. Selanjutnya insektisida tersebut akan akan aktif sampai dengan waktu satu bulan kedepan. Adapun untuk pestisida yang berbentuk Granuler atau butiran caranya diberikan pada mahkota daun mulai dari daun yang teratas sampai dengan tujuh pelepah daun dibawahnya. Dengan dosis 5-10 gram/ pohon. Perlakuan ini untuk pengendalian hama kumbang nyiur atau wangwung Sedangkan untuk pestisida dalam bentuk tepung atau puder, caranya pestisida dilarutkan terlebih dahulu dengan air dengan dosis dan konsentrasi tertentu, barulah setelah itu disemprotkan dengan menggunakan Hand sprayer kebagian tajuk kelapa yang terserang hama/ penyakit. Pestisida jenis ini biasanya untuk pengendalian Hama Brontespha yang banyak menyerang pada seludang kelapa, sehingga terjadi kegagalan dalam pembuahan . Demikian teknologi pengendalian terpadu hama tanaman kelapa, semoga dapat diterapkan untuk pengendalian hama tanaman kelapa yang ada disekitar rumah tinggal kita, sehingga produksi kelapa kita dapat meningkat.(mnr)
Langganan:
Postingan (Atom)
Label
- ANALISIS
- award
- Baja dan Nutrien
- Bena Perang
- Bengkel dan Forum SRI
- Biodiversiti dan Alam Sekitar
- BIOLOGI
- Bioteknologi Pertanian
- Bisnis
- BUAH
- BUDIDAYA
- BUDIDAYA KARET
- BUDIDAYA KELAPA SAWIT
- BUDIDAYA TANAMAN
- BURUNG
- Dapur
- dasar dasar produksi tanaman pangan
- DDPT
- DDPT2
- E_teks pes 6
- Ekologi dan Diversiti
- Ekologi dan Epidemiologi
- ekologi umum
- Ekonomi Hijau
- Ekonomi Pertanian
- Fisiologi Tanaman
- game angry birds
- Gangguan Keruntuhan Koloni
- HAMA
- hot
- icon folder
- ILMU TANAH
- Infografik
- Inspirasi
- Isu Semasa
- JAMUR
- KATA KATA MUTIARA
- Keselamatan Makanan
- Kesihatan Tanah
- Komik
- kunci gitar
- lanskap
- Lantai Kayu
- Laporan dan Jurnal
- MAKALAH
- Mesin dan Jentera
- Musuh Alami
- Padi dan Beras
- Padi Selangor
- Padi SRI
- PANGAN
- Parquet
- pemupukan
- Pengurusan Air
- Pengurusan Perosak Bersepadu
- PENYAKIT
- Penyakit dan Perosak
- Perataan Tanah
- Perawatan
- Perbaikan
- PERKEBUNAN
- Persidangan dan Forum
- PERTANIAN
- Pertanian dan Makanan
- Pertanian Lestari
- Perubahan Iklim
- pes 2013
- pes 6
- pes 6 2
- Predator dan Parasitoid
- PROPOSAL USAHA
- PUPUK
- Racikan
- Racun Perosak
- Revolusi Hijau
- Santai
- SDA
- sefwere mempercepat copy
- sofwere
- sofwere 2
- sofwere edit foto
- sofwere islami
- sofwere2
- Taman
- TANAMAN
- Tazkirah
- Teknologi Maklumat
- TERNAK
- thema
- thema bola
- thema keren
- Tips
- TOTARIAL
- TOTARIAL2
- TV ONLINE
- Ukuran-ukuran
- Usaha
- USAHA TANI
- Wallpaper
- walpaper bola
- we 8
- we9