Rabu, 20 Februari 2013
TEKNIK BUDIDAYA TANAMAN JARAK PAGAR
PENDAHULUAN Tanaman jarak pagar (Jatropa curcas l ) merupakan tanaman tahunan yang bila diusahakan dengan baik dapat hidup dan berproduksi hingga berumur lima puluh tahunan. Dari segi kegunaan, tanaman ini memiliki manfaat yang cukup banyak. Disamping sebagai pagar, dari biji jarak pagar ini dapat digunakan untuk pembuatan minyak pelumas, bahan bakar nabati yang dikenal dengan Bio Fuel, campuran dengan minyak sawit dapat digunakan dalam pembuatan sabun yang berkualitas tinggi, selain itu minyak jarak pagar dapat digunakan dalam industri insektisida, fungisida dan moluskasida. Jarak pagar termasuk species tanaman yang tahan terhadap kekeringan yang dibudidayakan didaerah tropis sebagai tanaman pagar, bagian-bagian tanaman dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional. Untuk mengembangkan tanaman jarak pagar secara komersial, diperlukan teknik budidaya yang memadai. Salah satu teknologi budidaya yang sangat menentukan keberhasilan adalah penggunaan bahan tanaman yang tepat. Bahan tanaman merupakan penentu keberhasilan dari suatu kegiatan pertanaman, terlebih lagi kegiatan pertanaman untuk tanaman tahunan seperti jarak pagar. Pemilihan bahan tanaman yang salah satunya dapat mengakibatkan kegagalan dan kerugian yang cukup besar, oleh sebab itu untuk memulai suatu kegiatan pertanaman jarak pagar, diperlukan pengetahuan yang cukup dan teknologi yang memadai agar dapat mencapai keberhasilan. Kriteria bahan tanaman yang baik. Bahan tanaman jarak pagar yang baik harus memiliki tiga kriteria mutu sebagai berikut: 1. Memiliki mutu genetik yang tinggi 2. Memiliki mutu Fisiologik tinggi 3. Memiliki mutu fisik tinggi Mutu Genetik. Tanaman jarak pagar yang baik secara genetik tentunya harus memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan apa yang diharapkan dan beberapa sifat yang diinginkan secara genetik adalah : - Potensi produksi tinggi (minimal 4-5 ton/Ha) potensi ini dihasilkan oleh tanaman yang memiliki minimal 10 kapsul per cabang dengan jumlah cabang 40 buah pertanaman. - Cepat berbunga/ berbunga sepanjang tahun - Kadar minyaknya tinggi(kadar minyak berkisar 30-35 %) - Tahan terhadap cengkaman lingkungan dan juga terhadap serangan hama penyakit. Mutu Fisiologik Bahan tanaman yang baik harus memiliki viabilitas atau daya tumbuh yang tinggi, baik dari biji maupun setek. Viabilitas atau daya tumbuh minimal harus mencapai 80 %. Mutu Fisik. Bahan tanaman yang baik harus bebas dari hama dan penyakit yang biasanya terbawa, Bahan tanaman dari biji harus utuh, tidak cacat atau tidak tergores, tidak berjamur, sedangkan bahan tanaman dan setek tidak mengandung hama, patogen dan jamur PERBANYAKAN TANAMAN Jarak Pagar termasuk tanaman berumah satu, memiliki bunga yang tidak lengkap, dimana bunga betina dan bunga jantan terpisah. Tanaman ini menyerbuk silang, hal ini dimungkinkan oleh kondisi pembungaannya, dimana bunga jantan dan bunga betina masak dan membuka pada saat yang tidak bersamaan. bunga jantan umumnya membuka lebih lambat dari pada bunga betina, akibatnya bunga betina lebih berpeluang untuk diserbuki oleh tepung sari dari tanaman yang lain. Untuk usaha pertanaman jarak pagar secara komersial, dibutuhkan bahan tanaman dalam jumlah banyak. Perbanyakan bahan tanaman jarak pagar dapat dilakukan secara Generatif yaitu dengan menggunakan organ-organ reproduksi seperti biji, atau secara Vegetatif dengan menggunakan bagian tanaman selain organ reproduksi seperti setek, dan masing-masing teknik ini memilki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. 1. Perbanyakan tanaman secara generatif. Perbanyakan tanaman secara generatif adalah perbanyakan dengan menggunakan organ-organ reproduksi tanaman itu sendiri, biji merupakan salah satu organ reproduksi tanaman jarak pagar. Kelebihannya antara lain: - Relatif mudah menyediakan dalam jumlah besar. - Faktor perbanykan 1:1500 ( dari satu pohon induk dapat dihasilkan kurang lebih 1500 butir benih sekali perbanyakan) - Tidak membutuhkan tempat yang luas - Mudah dalam trasportasi atau pengangkutan - Menghasilkan tanaman dengan perakaran yang lebih dalam, sehingga lebih tahan terhadap cengkaman kekeringan - Cocok untuk tujuan penyediaan bahan tanaman dalam jangka waktu yang panjang. Kekurangannya antara lain: -Sifak keturunan yang dihasilkan tidak sama dengan induknya karena adanya penyerbukan silang. -Berproduksi lebih lambat dibanding dengan tanaman asal setek 2. Perbanyakan tanaman secara Vegetatif. Perbanyakan tanaman secara Vegetatif adalah perbanyakan yang menggunakan organ-organ vegetatif tanaman, dapat berupa setek batang, setek akar(rhizome) daun atau organ lainnya selain organ reproduksi. Teknik perbanyakan dapat menggunakan teknologi sederhana atau konvensional maupun teknologi yang lebih mutahir seperti kultur jaringan. Kelebihan dari perbanyakan vegetatif antara lain : - Sifat keturunan yang dihasilkan akan sama dengan induknya - Berproduksi lebih cepat. Kelemahannya antara lain : - Penyediaan tanaman dalam jumlah besar relatif lebih sulit - Faktor perbanykan hanya 1:40( 1 induk hanya dapat dihasilkan 40 setek) - Membutuhkan tempat yang luas - Kesulitan dalam transportasi - Menghasilkan tanaman dengan perakaran yang dangkal, sehingga tidak tahan terhadap cengkaman kekeringan. Pemilihan bahan tanaman Pemilihan bahan tanaman baik dari biji maupun dari setek sangat menentukan keberhasilan pertanaman yaitu harus memenuhi 3 kriteria mutu yaitu mautu genetik, fisiologik maupun mutu fisik. 1. Pemilihan bahan tanaman yang baik secara genetik antara lain: - Tanaman telah berumur minimal 5 tahun - Tanaman dipilih dari populasi yang tumbuhnya seragam - Tanaman yang memiliki produksi tinggi - Tanaman yang memilki kapsul percabang minimal 10 buah - Kondisi tanaman sehat dan bebas dari serangan hama penyakit 2. Pemilihan bahan tanaman yang baik secara fisiologik - Dipilih kapsul yang telah berwarna kuning - Dari kapsul tadi ambil biji yang berwarna hitam - Biij dikeringkan jangan dibawah sinar matahari langsung karena dapat menurunkan Viabilitas (daya tumbuh) benih -Benih yang baik memiliki daya kecambah kuranglebih 80 % 3. Pemilihan bahan tanaman yang baik secara fisik antara lain: - Biji yang berwarna hitam - Berat biji 1500 butir / kg - Biji utuh tidak cacat atau tidak tergores - Tidak berjamur atau mengandung pathogen - Biji cukup kering kadar air 7% - Biji bila ditekan mengeluarkan minyak. Penyiapan bahan tanaman: Bahan tanaman baik yang berasal dari biji maupun dari setek dapat langsung ditanam dilapangan. Tetapi untuk keberhasilan lebih baik melalui pembibitan kemudian memindahkan bibit yang telah cukup kuat kelapangan(transplanting ). Dan umumnya keberhasilan transplanting lebih tinggi dari pada ditanam langsung Penanaman dilapangan Tanaman jarak pagar umumnya ditanam pada tanah pinggiran atau batas kepemilikan tanah, sebagai pagar, dengan jarak tanam kurang lebih 1 meter, namun apabila ditanam pada tanah hamparan atau tanah lapang jarak tanamnya dapat disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanahnya, apabila tanahnya subur maka jarak tanamnya harus lebih longgar, akan tetapi apabila tanahnya kurang subur jarak tanam nya boleh lebih rapat. Pemanenan Tanaman jarak pada umumnya sudah mulai berbuah pada umur 1-1,5 tahun tahun setelah penanaman dilapangan, adapun cara pemetikan buahnya dilakukan setelah buah telah berwarna kuning sehingga cara pemetikannya secara selektif.. Buah jarak yang telah dipetik dikumpulkan dan selanjutnya dikupas untuk diambil bijinya, biji- biji tersebut kemudian dikeringkan dengan menggunakan alas dari kepang yang terbuat dari bambu hingga kering dengan kadar air mencapai 7 % . setelah itu lalu dikemas dalam karung untuk selanjutnya siap untuk dijual pada industri pengolahan minyak jarak atau pada koperasi yang khusus menangani pembelian biji jarak pagar Demikian teknik budidaya tanaman jarak dan upaya pemanfaatannya semoga dapat berguna dan menambah wawasan bagi masyarakat yang membutuhkannya.. ( mnr) TEKNIK PENGAWETAN BAHAN MAKANAN UNTUK MENINGKATKAN NILAI TAMBAH PRODUK PERTANIAN Oleh Mansyur , SP *) I. PENGERTIAN. Pengawetan adalah suatu teknik atau usaha yang dilakukan manusia pada bahan, sedemikian rupa sehingga bahan tersebut tidak mudah rusak. contohnya ikan asin adalah bahan yang telah mengalami pengawetan dengan penambahan garam, kemudian dikeringkan menjadi bahan yang awet. Sarden adalah suatu hasil pengolahan ikan yang menjadi bentuk masakan baru, mengenai daya awetnya masih tergantung pada langkah selanjutnya. Yang jelas hasil suatu olahan tidak selalu awet kalau dibiarkan begitu saja sehingga masa awetnya mungkin hanya sehari atau beberapa hari saja. Beberapa bahan hasil pertanian, khususnya bahan pangan sangat peka terhadap penyebab kerusakan, karena itu perlu diawetkan. Adapun daya tahan masing-masing bahan berbeda satu dengan lainnya, ada yang tahan hanya beberapa hari saja, ada yang tahan berbulan-bulan dan bahkan ada yang tahan sampai dengan setahun lebih. II.TUJUAN. Tujuan dari pada pengawetan adalah untuk menghambat atau mencegah terjadinya kerusakan, mempertahankan mutu, menghindarkan terjadinya keracunan serta mempermudah penanganan dan penyimpanan. Disamping itu bahan yang diawetkan mempunyai nilai tukar harga yang lebih tinggi. Bahan yang awet lebih mudah cara penanganannya karena sortasi tidak perlu dilakukan, tahan terhadap kondisi luar, sehingga dalam penyimpanan tidak sukar. III.MACAM-MACAM KERUSAKAN. Bahan pertanian dikatakan rusak bila terdapat penyimpangan yang melewati batas dari yang dapat diterima secara normal oleh panca indera atau kriteria lain yang biasa digunakan. Kerusakan bahan hasil pertanian dapat digolongkan dalam lima macam yaitu : A.Kerusakan Mikrobiologis. Kerusakan ini disebabkan oleh pencemaran mikroba seperti kapang, bakteri dan ragi. Banyak dari bahan bahan yang dikeringkan menjadi berwarna hitam karena ditumbuhi kapang pada permukaannya. Kerusakan mikrobiologis merupakan bentuk kerusakan yang banyak merugikan, bahkan dapat membahayakan kesehatan manusia karena racun yang dihasilkan oleh mikroba. Pada umumnya terjadi kerusakan mikrobiologis tidak hanya terjadi pada bahan mentah, tetapi juga pada bahan hasil olahan. Makanan dalam kaleng atau botol dapat rusak dan menimbulkan racun. Bahan bahan yang telah rusak oleh mikroba dapat menjadi sumber pencemaran bagi bahan bahan lain yang masih segar. Penularannya sangat cepat karena bahan yang sedang membusuk mengandung mikroba-mikroba yang masih muda dan dalam pertumbuhan yang sangat cepat dan ganas. B. Kerusakan Mekanis Keruskan Mekanis disebabkan oleh adanya benturan, misalnya antar bahan itu itu sendiri atau benturan dengan benda lain. Kerusakan mekanis biasanya ditandai denga adanya memar atau luka pada permukaan bahan, bahkan sering diikuti kerusakan pada bagian dalam. Kerusakan akibat tergores atau terpotong oleh alat penggali yang digunakan, misalnya pada umbi umbian. Kerusakan mekanis sering terjadi pada waktu panen, waktu pemupukan dan dalam pengangkutan yang kurang hati hati. C. Kerusakan Fisik Kerusakan fisik disebabkan oleh karena perlakuan fisik, misalnya kerusakan yang terjadi pada waktu pengeringan, pendinginan atau pembekuan bahan. Proses pengeringan yang kurang baik dapat menyebabkan bahan mengering pada bagian luarnya saja. Pengeringan atau pembakaran yang terlalu lama dapat menyebabkan hangus. Pecahnya telur yang didinginkan atau rusaknya bahan yang dibekukan karena sel sel mangalami pemecahan merupakan akibat dari kerusakan fisik. Penggunaan suhu yang terlalu tinggi dalam pengolahan bahan pangan menyebabkan cita rasa yang menyimpang dan kerusakan terhadap kandungan vitaminnya. Kondisi gudang yang lembab dapat mengakibatkan kerusakan fisik terhadap bahan, misalnya penggumpalan pada tepung menjadi mengeras dan membatu. D. Kerusakan Biologis. Yang dimaksud dengan kerusakan biologis yaitu kerusakan yang disebabkan karena kerusakan fisiologis, misalnya oleh serangga dan binatang pengerat. Kerusakan fisiologis meliputi kerusakan yang disebabkan pada reaksi metabolisme dan enzim dalam bahan yang terjadi secara alami dan berakhir dengan kerusakan dan pembusukan. Contohnya daging atau buah buahan akan membusuk dengan sendirinya bila disimpan dalam suhu kamar. Serangga dan binatang pengerat dapat menyerang bahan baik di lapangan maupun di gudang. Masuknya ulat serangga ke dalam buah dan sayuran dapat merusakkan bagian dalam, dan biasanya hal ini merupakan jalan masuk bagi mikroba pembusuk. E. Kerusakan Kimia Keruasakn kimia biasanya saling berhubungan dengan kerusakan lain, misalkan adanya zat asam (oksigen) dalam minyak dan sinar mempercepat terjadinya ketengikan pada minyak. Kerusakan biologis biasanya juga merupakan kerusakan kimia, karena reaksi enzimatis biasanya aktif dalam proses kerusakan tersebut. Terjadinya warna coklat pada buah apel dan kentang yang dikupas juga merupakan kerusakan kimia, yaitu karena terjadinya reaksi dengan udara. IV. BEBERAPA CARA PENGAWETAN A. Pengawetan terhadap kerusakan mikrobiologis : Cara mengawetkan bahan tehadap kerusakn yang disebabkan oleh serangan mikroba yaitu dengan mencegah terjadinya pencemaran (kontaminasi), mencegah pertumbuhan mikroba atau membunuh mikroba tersebut. 1. Mencegah terjadinya pencemaran Pencemaran yang terjadi pada hasil pertanian terutama dari udara, tanah dan dari bahan lain yang membusuk. untuk menghindarkan bahan dari pencemaran perlu dilakukan pembersihan, pencucian, “trimming” (pelepasan bagian bagian yang tidak berguna) dan sortasi serta pembungkusan.Adanya telur-telur serangga dan cacing yang melekat pada bahan merupakan sumber kerusakan pula. Oleh karena itu pembersihan dari kotoran untuk beberapa hasil pertanian perlu dilakukan secepatnya. Cara pembersihan dapat dilakukan secara kering, yaitu dengan mengelap dengan kain misalnya untuk buah buahan dan telur. Dapat pula dibersihkan dengan cara basah atau pencucian misalnya untuk sayur sayuran, ikan dan hasil laut lainnya. Pencucian sebaiknya dilakukan tidak hanya pada bahan saja tetapi pada juga wadah yang digunakan, misalnya botol botol susu. Alat pengangkutan perlu diperhatikan kebersihannya, misalnya truk pengangkut daging. Air pencuci sebaiknya memakai air bersih, sebab air yang kotor hanya akan merupakan sumber pencemaran terhadap bahan yang dicuci. Air yang mengandung sisa khlorin 3 – 5 ppm (part per million) dapat digunakan untuk mencuci buah dan sayuran tanpa menyebabkan terjadinya perubahan rasa dan bau. Sortasi terhadap bahan bahan akan banyak peranannya dalam menjaga keawetan bahan. Disamping itu “trimming” (pelepasan bagian bagian yang tidak berguna) akan mengurangi, selain terjadinya pencemaran, juga biaya pengangkutan. Pembungkusan bahan dapat menolong mempertahankan daya awet bahan, juga lebih melindungi bahan terhadap pencemaran dari luar. Mencegah pertumbuhan mikroba Cara mencegah pertumbum mikroba yaitu dengan mengganggu lingkungan hidupnya. Caranya antara lain dengan mengubah suhu, kadar air, pH (derajat keasamaan), dan penggunaan bahan pengawet anti mikroba. Pada umumnya penggunaan suhu rendah dapat lebih mempertahankan keawetan bahan terhadap kerusakan oleh mikroba. Tetapi perlu diperhatikan bahwa ada batas suhu yang aman untuk masing masing bahan. Pengeringan sampai tingkat tertentu adalah satu cara pengawetan terhadap serangan mikroba. Dengan pengeringan yang cukup, pertumbuhan mikroba perusak dapat dicegah, termasuk memproduksi racun. Cara ini sangat baik untuk biji bijian dan kacang kacangan. Merubah derajat keasamaan (pH) bahan dapat dilakuka dengan beberapa cara, misalnya dengan pencelupan dalam air kapur atau air garam misalnya pada telur, perubahan asam atau produksi asam yang disengaja dalam pembuatan tempe. B. Pengawetan terhadap kerusaan mekanis Kerusakan mekanis biasanya banyak terjadi selama pemanenan sampai pengangkutan. Pemanenan yang lebih hati hati dengan tenaga manusia mencegah terjadinya kerusakan mekanis. Disamping itu sortasi dan “trimming” bisa langsung dilakukan sekaligus.Penggunaan bantalan pada pinggir pinggir wadah atau antar bahan dapat mencegah kerusakan mekanis. Buah arbei biasanya ditaruh dalam besek besek bambu yang diberi bantalan daun pisang kering. Apel sebaiknya dibungkus satu persatu dengan kertas berlilin sebelum dimasukkan dalam kotak supaya aman selama pengangkutan. Mangga yang diberi bantalan daun pisang kering atau rumput kering. Bantalan ini juga berfungsi untuk mengatur kelembaban dalam wadah. C. Pengawetan terhadap kerusakan fisik kimia Sesungguhnya pengawetan bahan pangan yang berhasil, bukan hanya agar bahan mempunyai daya tahan simpan lama, tetapi juga harus dapat mengawet cita rasa bahan semula. Penggunaan suhu tinggi dapat merusak vitamin C dan beberapa vitamin B. pada suhu 50 – 60 C. vitamin vitamin tersebut telah mengalami kerusakan. Demikian pula dengan suhu rendah yang tidak tepat dapat mengakibatkan kerusakan fisik kimia. Oleh karena itu perlu pengetahuan tentang pengaruh panas terhadap vitamin dan komponen lainnya serta pengetahuan tentang fisiologi hasil pertanian lepas panen. D. Pengawetan terhadap kerusakan biologis Kerusakan biologis dapat dicegah dengan cara penyimpanan dan penggudangan yang tepat dan bersih. Penggunaan fumigasi untuk mencegah serangan serangga perlu dilakukan sebelum bahan terserang. Serangan oleh tikus dan binatang pengerat lain dapat dicegah dengan cara pemupukan yang teratur dan pertukaran udara (ventilasi) yang cukup. Kebersihan dan pencegahan terhadap kemungkinan masuknya binatang binatang tersebut perlu diperhatikan. E. Wadah dan pembungkusan Wadah dan pembungkusan mempunyai peranan penting dalam pengawetan bahan. Pada umumnya wadah dan pembungkusan berfungsi untuk menempatkan suatu bahan sehingga memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan, dan penyebarannya. Disamping itu juga memberikan perlindungan terhadap mutu bahan serta melindungi terhadap pencemaran. Demikian sekelumit tentang Teknik pengawetan bahan makanan untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian semoga dapat bermanfaat bagi kita . *)Oleh Mansyur,SP Badan Ketahanan Pangan dan P4K Kabupaten Rembang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar