Rabu, 20 Februari 2013
TANAMAN JAMBU METE TERNYATA COCOK UNTUK PENGHIJAUAN LAHAN MARGINAL
Tanaman Jambu mete ( Anacardium occidentale.L) termasuk genus Anacardium, anggota dari Famili Anacardinaceae, yang mempunyai variasi genus sekitar 60 dan variasi spesies hingga 400 spesies, dari berbagai spesies tersebut dapat digolongkan menjadi dua kelompok spesies besar yaitu Giganteum yang berpostur raksasa (Valerino,1992) Dengan adanya proses adaptasi dan persilangan diantara spesies membentuk ciri khusus pada warna dan bentuk buah semu yang digolongkan menjadi dua kelompok. Yaitu kelompok tanaman dengan ciri warna buah semu kuning atau merah dan bentuk buah yang membulat atau memanjang, sedangkan ciri lain adalah cita rasa kacang mete merupakan ciri yang khas menurut asal daerah yang meliputi perpaduan kerenyahan, warana, aroma dan rasa. Tanaman Jambu mete selalu tumbuh subur sepanjang tahun (evergreen). Pada golongan Giganteum dapat menjadi pohon dengan ketinggian mencapai 15 meter. Sebagai tanaman yang dikembangkan dilahan kawasan pantai, pada tanah marginal atau tanah yang kurang subur, tanaman ini mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan tanaman keras atau tanaman tahunan lainnya yang meliputi: Mudah beradaptasi pada berbagai kondisi iklim Mampu tumbuh pada tanah yang mengandung garam Tidak menuntut pemeliharaan secara khusus Biji dan buah semu dapat diolah menjadi komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan berprospek pasar yang baik. Jambu mete telah dikenal secara luas oleh kalangan masyarakat Indonesia mulai dari teknik penanaman, pemeliharaan hingga panen dan pasca panennya. ADAPTASI IKLIM Terperatur. Tanaman jambu mete masih dapat tumbuh baik pada temperatur antara 70 – 400 Celcius, optimal pada suhu bulanan sekitar 270 Celcius dengan rata-rata harian berkisar anatara 250 C – 350 C. Pada daerah produsen jambu mete perbedaan suhu malam hari yang dingin sampai 15 0 Celcius dan siang hari yang panas hingga mencapai 350 Celcius pada musim kering, tanaman jambu mete justeru tumbuh dengan baik. Situasi temperatur ini hampir banyak dimiliki oleh keadaan daerah pantai pada umumnya. Kelembaban. Dari berbagai peneliti menyatakan bahawa, tanaman jambu mete hampir tidak terepengaruh oleh kelembaban nisbi yang berubah-ubah, sepanjang keadan air dalam tubuh tanaman cukup tersedia diantara butiran tanah. Tanaman ini masih mampu bertahan hingga kelembaba nisbi mencapai 10 %. Curah Hujan Banyak pendapat mengatakan bahwa tanaman jambu mete dapat tumbuh pada kisaran curah hujan antara 500 – 4.000 mm per tahun, hal tersebut ternyata bukan merupakan batasan yang penting. Sampai dengan saat ini belum ada data yang menunjukkan kebutuhan air yang diperlukan oleh tanaman jambu mete. Berbagai literature menunjukkan bahwa tanaman jambu mete sangat tahan terhadap kekeringan, sepanjang akarnya berada dalam lapisan tanah yang cukup dalam, karena akar tanaman jambu mete dapat menyerap air tanah yang tidak tersedia bagi tanaman lain . Curah hujan 1.000 - 2.000 mm per tahun dengan bulan kering 4-6 bulan , tanaman jambu mete ini masih dapat berkembang dengan baik. Tanah. Kemapuan adaptasi tanaman jambu mete pada berbagai jenis dan keadaan tanah belum tertandingi oleh tanaman keras atau tanaman tahunan lainnya. Pada tanah berkerikil dan berbatu sepanjang penetrasi akar dapat masuk lebih dalam, tanaman jambu mete ini masih dapat tumbuh dengan baik. Kondisi tanah dengan lapisan subsoil yang kompak kedalamannya kurang dari 1 meter, tanaman akan tumbuh dengan postur pendek dan dapat menghasilkan glondong mete sekitar 120 kg/ Ha. Dibeberapa tempat, tanaman jambu mete yang tumbuh sangat dekat dengan garis batas pantai dan ternyata masih dapat mentolerir kadar garam sekitar 3-3.5 ppm ( part per million), apabila kadar garam melebihi batas, tanaman jambu mete akan menjadi kerdil ( Rocchetti,1970). Pemeliharaan. Perawatan dan pemeliharaan tanaman jambu mete tidak banyak menuntut cara-cara yang khusus, melainkan dapat ditanam bersama –sama dengan tanaman lain. Baik dilahan maupun dipematang-pematang. Benih tanaman jambu mete dapat menggunakan benih unggul lokal setempat, karena mempunyai kemampuan adaptasi dengan lingkungan yang lebih cepat dibandingkan dengan benih dari daerah lain. Penanaman benih secara langsung dilapangan disinyaliur lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan dan tumbuh lebih kuat serta dapat bertahan lebih baik daripada tanaman tahunan lainnya pada saat musim kemarau. Pembentukan kerangka tanaman diperlukan pada saat tanaman jambu mete masih relatif muda yaitu pada umur tanaman kurang lebih 2 tahun. Pemupukan tidak harus menggunakan pupuk an organik, bahkan pada tanaman dewasa kemampuan menyerap unsur hara lebih tinggi dengan jangkauan yang lebih luas. Pengendalian hama dan penyakit umumnya relatif lebih ringan, dan yang perlu diwaspadai adalah adanya serangan hama helopeltis, yaitu pengendaliannya dapat dilakukan dengan cara mengembangkan musuh alami berupa semut merah atau langrang. Dugaan tanaman jambu mete mengeluarkan zat semacam alellopati yaitu zat yang dapat meracuni tanaman lain disekitarnya ternyata tidak benar, diversifikasi tumpang sari dengan tanaman jagung pada tanaman jambu mete umur 3-4 tahun dapat menghasilkan jagung wose + 4 ton/hektar(Dirjenbun,1993) Hasil dan Nilai Ekonomis • Hasil utama dari tanaman jambu mete adalah biji mete yang sangat digemari oleh kalangan masyarakat, baik orang tua maupun anak muda, baik secara langsung maupun sebagai campuran makanan, sehingga merupakan produk exotic yang bernilai tinggi dengan pangsa pasar yang terus meningkat. • Kulit biji jambu mete (Shell)) mengandung minyak Cessshew nut shellliquid (CNSL) merupakan bahan penting untuk pembuatan minyak pelumas, bahan cat, bahan perekat, bahan pengawet kayu dan bambu serta bahan pestisida. Sisa padatan sangat baik untuk bahan papan (Hardboard) yang kedap suara. • Kulit ari cukup mengandung gizi yang potensial untuk campuran pakan ternak • Buah semu banyak mengandung vitamin sangat potensial untuk bahan minuman (wine) atau sari buah. Sedangkan bahan padatannya dapat digunakan sebagai campuran pakan ternak. Dengan memperhatikan potensi produk yang dihasilkan oleh tanaman jambu mete, prospek medatang apabila diusahakan secara komersial dapat memunculkan bermacam-macam industri seperti; Industri cairan CNSL Industri makanan ringan Industri makanan dan minuman kaleng Industri pakan ternak Kesimpulan; Memperhatikan aspek teknik budidaya , aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek sumberdaya alam dan lingkungan hidup, tanaman jambu mete (Anacardium accidentale.L) merupakan alternative untuk pengembangan sektor perkebunan pada daerah pantai dan lahan marginal. Selanjutnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengembangan tanaman perkebunan sebagai penghijauan pada lahan kritis (marginal) atau lahan pantai yang sekarang ini masih belum banyak dimanfaatkan dan kategori lahan tidur.(mnr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar